Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjadi di Sejumlah Daerah, Bagaimana Proses Terjadinya Hujan Es?

Kompas.com - 24/11/2020, 14:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah daerah seperti Bali, Lombok, dan Gunung Slamet di Jawa Tengah dilaporkan terjadi hujan es dalam beberapa hari terakhir. 

Hal itu diketahui melalui sejumlah unggahan video yang dibagikan di media sosial. Salah satunya yang terjadi di Gunung Slamet, Minggu (22/11/2020). 

Berikut ini beberapa di antara unggahan terkait fenomena hujan es yang terjadi di Gunung Slamet. 

"Fenomena langka Hujan Es di Gunung Slamet, 22 November 2020, pernah ngrasain?
.
video slide 1 @thole_sunset
slide 2 @zi_ftldth
.
#pendakilawas #mtslamet #gunungslamet #slametmountain," tulis akun Instagram Pendaki Lawas.

Baca juga: Fenomena Hujan Es di Sejumlah Wilayah, Apa Penyebabnya?

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pendaki Jadul (@pendakilawas)

Selain di Gunung Slamet, fenomena hujan es sebesar biji kopi juga terjadi di Banjar Dinas Dadap Putih, Desa Tista, Busungbiu, Buleleng, Bali, pada Minggu (22/11/2020).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga melaporkan adanya hujan es yang terjadi di Montong Gading, kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu (22/11/2020) sekitar pukul 15.20 Wita.

Baca juga: Hujan Es di Puncak Gunung Slamet, 3 Pendaki Dievakuasi karena Cedera dan Hipotermia

Lantas, bagaimana proses terbentuknya hujan es?

Melansir Kompas.com (9/7/2020), peneliti dari Monash University, Dr Joshua Soderholm, menyampaikan, semua hujan es bermula memiliki bentuk bulatan dengan diameter sekitar 1 sentimeter.

"Ketika mulai membesar, Anda mulai mendapatkan es membeku di setiap arah. Itu fase pertumbuhan basah," ujar Dr Soderholm.

Saat hujan es terbentuk selama pertumbuhan basah, "lobus" akan dipisahkan oleh es berpori dengan sedikit ruang yang diisi dengan air.

Ketika air membeku, terbentuk saluran radial atau jari-jari es yang mirip es yang sangat jernih.

Dengan demikian, hujan es dengan batu es yang berbentuk kembang kol terbentuk. Secara ilmiah, bentuk ini disebut sebagai bentuk struktur lobus cusped.


Hujan es terbentuk melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level) nol derajat celsius.

Saat batu-batu es terbentuk mulai dari bagian tengah awan sampai pada lapisan atas awan (top cloud) itu tidak semuanya mencair ketika turun ke lapisan yang lebih rendah, meskipun suhu relatif hangat.

Terkadang, hujan es dapat disetai dengan angin kencang, bahkan puting beliung yang berasal dari jenis awan cumulonimbus bersel tunggal ataupun berkelompok yang tumbuh secara vertikal di daerah yang tropis.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Fenomena Hujan Es Belakangan Ini

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com