Mengutip CNN, saat badai melewati lautan maka akan menyerap udara di laut yang hangat dan lembab.
Saat udara makin panas di bawah badai, maka semakin banyak kembaban yang ditahan udara yang kemudian akan memperkuat badai.
“Lautan memasok uap air ke badai dan menjadi mesin panas badai mengubah panas laten di kelembaban untuk kemudian menjadi angin kencang dan hujan,” kata Chakraborty.
Baca juga: Siklon, Badai, dan Topan, Apa Bedanya?
Saat badai menghantam daratan, setelah dari lautan, maka pasokan energi penting yang memacu badai terputus sehingga badai melemah di daratan.
Akan tetapi, saat ini emisi gas rumah kaca menyebabkan lautan dan atmosfer memanas berlebihan.
Sebuah studi bahkan memperkirakan dalam 25 tahun, lautan dunia menyerap panas setara 3,6 miliar ledakan bom Hiroshima.
Kehangatan yang berlebihan ini kemudian menyebabkan kelembaban terbawa lebih banyak dibanding sebelumnya, yang menjadi bahan bakar untuk mempertahankan kekuatan hingga jarak yang jauh.
Inilah mengapa badai kemudian membuang lebih banyak curah hujan. Temuan ini menyimpulkan badai tak hanya mengancam kawasan pantai, tapi juga kawasan yang jauh dari pantai.
"Perlambatan pembusukan ini akan terus berlanjut kecuali ada langkah-langkah substansial yang diambil untuk mengekang pemanasan global," kata Chakraborty
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.