Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menghayati Peribahasa Indonesia yang Kenyataannya Tak Lagi Sama

Kompas.com - 03/11/2020, 09:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TUJUAN apa yang disebut sebagai peribahasa jelas baik yaitu menyadarkan manusia untuk bersikap dan berperilaku lebih baik. Mengubah das sein menjadi das sollen.

Sayang di masa kini, peribahasa tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Misalnya becik ketitik, olo ketoro menjamin semua kebusukan pasti akan ketoro (kelihatan) sementara masih begitu banyak koruptor bebas merajalela sebab tidak ketoro korupsinya.

Sementara peribahasa habis manis, sepah dibuang malah kerap diwujudkan akibat dianggap wajar apabila rasa manis sudah terasa habis maka sepah niscaya dibuang. Mosok sepah ditelan!

Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian memotivasi manusia agar bersedia bersusah-payah untuk bekerja keras agar kemudian bisa menikmati hasil kerasnya juga tidak sesuai kenyataan bagi mereka yang ingin bersenang-senang dahulu bersenang-senang kemudian seperti menang lotere atau terima warisan properti bernilai triliunan rupiah atau korupsi tidak terbongkar.

Pepatah tidak ada rotan, lidi pun jadi gugur akibat rotan sudah diganti perannya oleh plastik yang dianggap lebih modern maka lebih keren ketimbang lidi.

Pameo ayam mati di lumbung padi malah diwujudkan dengan mengutamakan tenaga kerja asing ketimbang tenaga kerja bangsa sendiri.

Menurut Gus Dur teks lagu Maju Tak Gentar Membela Yang Benar terlalu muluk-muluk bagi industri hukum yang lebih menyukai teks lagu Maju Tak Gentar Membela Yang Bayar.

Sementara slogan Bangsa yang Besar Adalah Bangsa yang Belajar dari Sejarah tidak dihiraukan mereka yang bersemangat menghapus mata pelajaran sejarah dari kurikulum pendidikan nasional.

Sebagai peyakin Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Para Pahlawannya saya bingung ketika di Belanda ternyata Westerling yang sangat saya benci sebagai pembantai rakyat Indonesia malah dipuja-puja sebagai pahlawan pembela kepentingan Kerajaan Belanda untuk bisa tetap lestari menjajah Indonesia.

Saya tidak berani sembarangan menggunakan istilah radikal sebab ternyata Bung Karno, Bung Hatta, Pak Dirman, Bung Syahrir dan para pejuang kemerdekaan Indonesia dijebloskan ke penjara atas tuduhan bahwa para beliau kaum radikal yang harus dipenjarakan agar kapok merongrong kaum penjajah.

Jangan percaya peribahasa yang benar pasti menang, yang salah pasti kalah sebab pada kenyataan yang menang pasti benar, yang kalah pasti salah!

Dampak inflasi diperparah fakta begitu banyak nasabah kehilangan seluruh dana yang mereka susah-payah himpun kemudian tabung semuanya di lembaga keuangan memporak-porandakan makna peribahasa hemat pangkal kaya.

Sementara sampai masa kini saya tidak pernah mampu mengerti makna peribahasa murid kencing belari, guru kencing berdiri sebab tidak jelas apa relevansi antara murid kencing sambil berlari dengan guru kencing sambil berdiri.

Namun saya mampu mengerti meski prihatin bahwa akibat manusia gagal mengejawantahkan ojo dumeh dan jihad al nafs maka pagebluk virus angkara murka kekerasan sesama manusia terhadap sesama manusia lestari ganas merajalela di marcapada ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com