Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Jepang Buang Jutaan Ton Air Limbah Nuklir ke Laut, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 26/10/2020, 17:45 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Pada hari Jumat (23/10/2020) Jepang akhirnya menunda keputusan tentang apa yang akan dilakukan dengan air itu.

"Untuk menghindari keterlambatan proses dekomisioning Fukushima Daiichi, kami perlu membuat keputusan bagaimana menangani air olahan yang meningkat setiap hari," kata Menteri Perindustrian Hiroshi Kajiyama.

Hari Jumat, Greenpeace merilis pernyataan yang mengatakan air selain mengandung isotop radioaktif tritium, juga mengandung isotop radioaktif karbon-14, yang merupakan penyumbang utama dosis radiasi manusia secara kolektif dan berpotensi merusak DNA manusia.

Shaun Burnie penulis laporan dan spesialis nuklir senior di Greenpeace Jerman mengatakan, mungkin ada total 63,6 GBq (gigabecquerels) karbon-14 di dalam tangki.

"Ini, bersama dengan radionuklida lain di dalam air akan tetap berbahaya selama ribuan tahun dengan potensi menyebabkan kerusakan genetik. Itu satu lagi alasan mengapa rencana ini harus ditinggalkan," kata Burnie.

Baca juga: Dampak Unsur Radioaktif: Bom Nuklir, Bahan Bakar dan Alat Medis

Diklaim aman

Namun, Ryonosuke Takanori seorang Juru Bicara TEPCO mengatakan karbon-14 yang terkandung dalam air yang diolah sekitar 2 hingga 220 becquerel per liter sehingga aman.

"Bahkan jika air terus diminum sebanyak 2 liter setiap hari, paparan tahunan sekitar 0,001 hingga 0,11 millisieverts, yang bukan merupakan tingkat yang mempengaruhi kesehatan,” kata Takanori.

Ia menilai keselamatan produk kesehatan, lingkungan dan perikanan di sekitar kawasan itu dinilai tetap terjamin karena langkah-langkah yang sesuai telah diambil dengan ketentuan hukum.

TEPCO sendiri mengatakan akan melakukan pengolahan sekunder agar standar pembuangan selain tritium dan bahan radioaktif termasuk karbon-14 dapat dikurangi sebanyak mungkin.

Sementara itu seorang pengamat Claire Corkhill di Universitas Sheffied Inggris mengatakan tritium telah banyak dilepaskan ke laut oleh negara-negara di seluruh dunia.

Adapun dampak yang terjadi menurutnya rendah terhadap organisme.

Ia juga mengatakan jumlah yang dibuang berdasarkan permodelan ilmiah menunjukkan tingkat isotop yang akan dibuang berada dalam batas yang masih dianggap aman oleh Jepang.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Reaktor Nuklir Chernobyl Meledak, 32 Orang Tewas

Risiko sampai rantai makanan

Adapun Corkhill mengatakan air yang terkontaminasi saat ini menjadi perhatian yang mendesak.

Apabila pemerintah Jepang tidak menanganinya dengan baik maka berjuta-juta meter kubik air radioaktif semuanya berpusat di situs Fukushima.

Sementara itu, Francis Livens seorang Profesor Radiokimia di Universitas Manchester mengatakan setiap pelepasan radioaktif akan membawa risiko lingkungan dan kesehatan.

Risiko ini akan berbeda-beda tergantung seberapa banyak karbon 14 yang akan dilepas ke laut.

"Orang-orang telah membuang karbon-14 ke laut selama bertahun-tahun. Semuanya tergantung pada berapa banyak yang ada, berapa banyak yang tersebar, apakah ia memasuki rantai makanan laut dan menemukan jalan kembali ke manusia?" kata Livens

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com