Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab dan Perawatan pada Mimisan

Kompas.com - 26/10/2020, 07:10 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

Akan tetapi, seseorang harus mencari pertolongan medis jika mimisan berlangsung lebih dari 20 menit atau jika terjadi setelah cedera, karena kemungkinan tanda mimisan posterior, yang lebih serius.

Cedera yang mungkin menyebabkan mimisan antara lain jatuh, kecelakaan, atau pukulan di wajah.

Mimisan yang terjadi setelah cedera-cedera tersebut dapat mengindikasikan patah tulang hidung, patah tulang tengkorak, atau pendarahan internal.

Baca juga: Sakit Kepala, Mimisan dan Wajah Merah, Benarkah Gejala Darah Tinggi?

Mendiagnosis mimisan

Jika mencari pertolongan medis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan penyebabnya. Akan dilakukan pemeriksaan hidung untuk mencari tanda-tanda benda asing.

Selain itu, juga akan ditanyai mengenai riwayat kesehatan dan pengobatan. Beri tahu tim kesehatan mengenai gejala lain yang dialami dan cedera yang baru terjadi.

Tidak ada tes tunggal untuk menentukan penyebab mimisan, tapi dokter mungkin menggunakan tes diagnostik untuk menemukan penyebabnya.

Tes dapat meliputi:

  • Complete blood count (CBD), tes untuk memeriksa kelainan darah.
  • Tromboplastin Parsial Time (PTT), memeriksa berapa lama waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku.
  • Endoskopi hidung.
  • CT scan hidung.
  • Rontgen wajah dan hidung.

Baca juga: Sakit Gigi? Ini 3 Tips Obati Sendiri dari Dosen FKG Unpad

Mengobati mimisan

  • Mimisan anterior

Jika mengalami mimisan anterior, darah keluar dari depan hidung, biasanya dari lubang hidung.

Mengobati mimisan anterior bisa dilakukan di rumah, sambil duduk dan remas bagian lembut hidung.

Pastikan lubang hidung tertutup sepenuhnya. Tutup lubang hidung selama 10 menit, condongkan tubuh sedikit ke depan, dan bernapas melalui mulut.

Jangan berbaring saat mencoba menghentikan mimisan. Berbaring bisa mengakibatkan tertelannya darah dan bisa mengiritasi perut.

Lepaskan lubang hidung setelah 10 menit dan periksa apakah pendarahan telah berhenti. Ulangi langkah-langkah ini jika pendarahan berlanjut.

Selain itu, dapat dilakukan dengan file kompres dingin di atas batang hidung atau menggunakan adekongestan semprotan hidung untuk menutup pembuluh darah kecil.

Temui dokter sesegera jika tidak dapat menghentikan mimisan sendiri, karena mungkin mengalami mimisan posterior yang memerlukan perawatan lebih.

Baca juga: Studi: Produk Semprotan Hidung di Australia Tekan Pertumbuhan Virus Corona pada Hewan

  • Mimisan posterior

Jika mengalami mimisan posterior, darah keluar dari bagian belakang hidung. Darah juga cenderung mengalir dari belakang hidung ke tenggorokan.

Mimisan posterior lebih jarang terjadi dan seringkali lebih serius daripada mimisan anterior.

Mimisan jenis ini tidak boleh dirawat di rumah atau dirawat sendiri.

Segera hubungi dokter atau pergi ke ruang gawat darurat (IGD) jika merasa mimisan posterior.

Baca juga: Waspadai, Ini 5 Penyebab Mimisan di Malam Hari

Mencegah mimisan

Terdapat beberapa cara mencegah mimisan, seperti:

  • Menggunakan humidifier di rumah Anda untuk menjaga kelembapan udara.
  • Hindari mengorek hidung.
  • Batasi asupan aspirin , yang dapat mengencerkan darah dan menyebabkan mimisan. Diskusikan dengan dokter terlebih dahulu karena manfaat mengonsumsi aspirin mungkin lebih besar daripada risikonya.
  • Menggunakan antihistamin dandekongestan secukupnya, karena ini bisa mengeringkan hidung.
  • Gunakan semprotan garam atau gel untuk menjaga kelembapan saluran hidung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com