Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati Saraf Kejepit

Kompas.com - 24/10/2020, 12:05 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit saraf kejepit tidaklah asing bagi sebagian besar orang. Namun, banyak yang belum memahaminya dan tidak dapat membedakan antara saraf kejepit dengan nyeri pinggang biasa.

Saraf terjepit atau pinched nerve sendiri merupakan satu kondisi saraf yang memperoleh tekanan lebih di sekitar jaringannya.

Akibatnya, dapat muncul rasa sakit, mati rasa, menyebabkan iritasi atau kerusakan saraf perifer.

Baca juga: Simak, Berikut Jenis Makanan yang Baik dan Buruk untuk Penderita Diabetes

Saraf kejepit

Melansir Kompas.com, 24 September 2020, tulang belakang manusia normalnya terdiri atas ruas-ruas, yang mana di antar ruas-ruas tersebut terdapat bantalan yang disebut sebagai discus intervertebralis (DI).

Di dalam DI, terdapat nukleus berbentuk seperti jeli.

Fungsinya adalah sebagai bola dan penahan guncangan, dibantu di dinding yang melingkarinya, yaitu annulus fibrosus (AF).

Baca juga: 8 Makanan yang Baik untuk Penderita Diabetes

Sementara, di belakang DI, terdapat saraf yang berjalan dari otak menuju anggota gerak atas dan bawah.

Komponen inilah yang memungkinkan seseorang dapat menggerakan kedua ekstremitas tersebut.

Apabila terjadi hernia nucleus pulposus (HNP), maka saraf tersebut akan terjepit.

Baca juga: Benarkah Pengobatan Covid-19 yang Dipakai Donald Trump Berasal dari Jaringan Janin?

Kondisi inilah yang seringkali disebut sebagai saraf kejepit.

Penyebab dari kondisi ini adalah multifaktor. Akan tetapi, secara umum, pemakaian yang berulang dan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada annulus fibrosus yang pada akhirnya membuat nucleus keluar dari tempatnya.

Kondisi tersebut dapat dipicu oleh faktor pekerjaan atau aktivitas seperti hari, kondisi obesitas, termasuk genetik, penuaan, dan kebiasaan merokok.

Baca juga: Kecanduan Nikotin Setelah Berhenti Merokok? Ini Cara Mengatasinya

Gejala

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi

Melansir Mayo Clinic, berikut adalah tanda dan gejala yang dapat muncul apabila mengalami saraf terjepit:

  • Mati rasa atau penurunan sensasi di area yang disuplai oleh saraf
  • Rasa sakit yang tajam, sakit atau terbakar
  • Sensasi kesemutan dan seakan tertusuk
  • Melemahnya otot di daerah yang terkena
  • Tangan dan kaki sering mati rasa 

Mengutip Kompas.com, 18 Juli 2020, Dokter Spesialis Bedah Orthopedi dan Traumatologi RS Pondok Indah dr Muki Partono menjelaskan, saraf kejepit dapat terjadi pada seluruh ruas tulang belakang, mulai dari tulang leher hingga tulang ekor.

"Kalau masalah daerah yang sakitnya nanti tergantung di mana terjadi penjepitan (saraf)," tutur dr Muki.

Apabila penjepitan saraf terjadi di leher maka akan terjadi migrain atau sakit sampai ke bahu.

Baca juga: Kenapa Kita Pusing jika Cuaca Terlalu Terik dan Panas?

Jika penjepitan terjadi di tulang ekor, maka akan terasa sakit seperti otot tertarik pada bagian paha atau betis, kesemutan bahkan sampai kelumpuhan pada sistem motorik.

Oleh sebab itu, Muki menegaskan jika Anda mengalami nyeri tulang belakang atau sakit pinggang, maka Anda harus mendapatkan perawatan secara intensif.

"Nyeri tersebut umumnya disebabkan oleh terjepitnya saraf pada tulang belakang dan harus menjalani perawatan secara berkala. Bila tidak, rasa nyeri itu bisa merusak sistem saraf tulang belakang lainnya," jelasnya.

Baca juga: Simak, 4 Cara Mencegah Gejala Nyeri Leher Selama Sekolah dan WFH

Pengobatan

IlustrasiChesiireCat Ilustrasi

Pada umumnya, kondisi saraf kejepit memang dapat membaik dalam waktu singkat. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu, dapat berlangsung lama sehingga memerlukan tindakan tertentu.

Perawatan saraf terjepit bisa bervariasi, yaitu bergantung pada seberapa rasa sakit yang dirasakan.

Berikut adalah sejumlah tindakan yang umum dilakukan:

1. Istirahat

Umumnya, dokter akan meminta pasien untuk mengistirahatkan bagian yang sakit dan menghindari aktivitas-aktivitas yang berpotensi menyebabkan tekanan pada saraf.

Baca juga: Viral Tempe Kedelai Kuning Lebih Baik dari Tempe Kedelai Putih, Benarkah?

2. Minum obat pereda nyeri

Selain istirahat, dokter juga biasanya memberikan obat-obatan berikut:

  • Aspirin, ibuprofen, dan naproxen untuk mengurangi pembengkakan
  • Kortikosteroid oral untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak
  • Injeksi steroid untuk mengurangi bengkak

3. Terapi fisik

Perawatan saraf terjepit juga bisa dilakukan dengan melakukan terapi fisik, yaitu melalui latihan yang memperkuat dan meregangkan otot di area yang terdampak untuk mengurangi tekanan pada saraf.

Terapis juga mungkin akan merekomendasikan cara lain agar Anda tidak lagi mengalami saraf terjepit. 

Baca juga: Sejarah Tempe, Makanan Kaya Protein yang Lahir dari Era Tanam Paksa

4. Operasi

Pada kasus yang berat, dokter mungkin merekomendasikan operasi untuk menekan saraf.

Namun demikian, jenis operasi yang dilakukan tidak selalu sama, yaitu bergantung pada lokasi saraf terjepit.

Pencegahan

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar terhindar:

  • Pertahankan posisi yang baik, jangan menyilangkan kaki atau berbaring di satu posisi dalam waktu lama.
  • Masukkan latihan kekuatan dan fleksibilitas ke dalam program latihan rutin.
  • Batasi aktivitas berulang dan sering-seringlah beristirahat ketika terlibat dalam aktivitas ini.
  • Pertahankan berat badan yang sehat

Baca juga: Benarkah Gunakan Masker Ganggu Kinerja Paru-paru?

(Sumber: Kompas.com/Ariska Puspita Anggraini, Ellyvon Pranita | Editor: Irawan Sapto Adhi, Resa Eka Ayu Sartika, Holy Kartika N S)

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Kenapa Kerap Sakit Kepala setelah Makan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com