Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pemerintah Sebut Aksi Tolak UU Cipta Kerja Dipicu Hoaks hingga Kericuhan Dibiayai Asing

Kompas.com - 13/10/2020, 20:01 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Gelombang aksi unjuk rasa menolak pengesahan omnibus law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja berlangsung di sejumlah daerah beberapa hari terakhir.

Pada Kamis (8/10/2020), sejumlah aksi di beberapa daerah berujung dengan adanya kericuhan.

Diberitakan Kompas.com pada Jumat (9/10/2020), Presiden Jokowi mensinyalir demonstrasi menolak UU Cipta Kerja dilatarbelakangi disinformasi dan hoaks.

"Saya melihat adanya unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja yang pada dasarnya dilatarbelakangi oleh disinformasi mengenai substansi dari UU ini dan hoaks di media sosial," kata Jokowi dalam konferensi pers virtual dari Istana Kepresidenan, Bogor, Jumat (9/10/2020).

Sementara itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meyakini ada dalang dari kericuhan usai demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (13/10/2020), ia juga menduga adanya pihak asing yang membiayai.

"Ini pasti ada dalangnya. Ini pasti anasir-anasir ini. Ini pasti anasir yang dibiayai asing. Enggak mungkin seorang patriot mau bakar (fasilitas umum) milik rakyat," kata Prabowo.

Baca juga: Kala BEM SI Sindir Jokowi Kabur, Tuding Pemerintah Putar Balikkan Narasi

Cukup jelaskan UU Cipta Kerja

Terkait pernyataan pemerintah tersebut, Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai pemerintah sebenarnya hanya cukup menjelaskan tentang UU Cipta Kerja.

Sebab, kata dia, hal tersebut yang diinginkan masyarakat saat ini, tidak lebih dari itu.

"Apakah masyarakat sudah paham kalau demo itu ada yang mensponsori? Masyarakat sih enggak terlalu peduli juga. Karena pertanyaan mereka bukan itu," kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/10/2020).

Hendri mengatakan, salah satu hal yang menjadi pertanyaan masyarakat saat ini adalah draf asli dari RUU Cipta Kerja yang disahkan DPR RI pada 5 Oktober 2020.

"Yang mana sih sebetulnya draf final yang asli? Yang versi 1.035 halaman, 905 halaman, atau versi 812 halaman yang baru hari ini diungkapkan. Itu saja pemerintah gagap menanggapi itu," ujar dia.

"Yang disuruh menjelaskan Sekjen DPR. Sekjen jawabannya juga lucu, masalah format kertas. Maksud saya begini, yang ditunggu masyarakat kan penjelasan dari UU Cipta Kerja itu. Maka jelaskan soal itu, jangan menjelaskan hal selain itu," lanjutnya.

Baca juga: Prabowo Yakin Kerusuhan Demo Tolak UU Cipta Kerja Dibiayai Asing

Saling curiga

Menurut Hendri, pernyataan-pernyataan pejabat publik yang tidak menjawab pertanyaan masyarakat tentang substansi UU Cipta Kerja tidak menyelesaikan masalah.

Ia menilai pernyataan pemerintah tersebut justru membuat masyarakat saling curiga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com