Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia Laporkan Lonjakan Kasus Covid-19, Dipicu oleh Pemilu Sabah

Kompas.com - 03/10/2020, 13:40 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pihak berwenang Malaysia memperingatkan gelombang baru virus corona setelah dua hari berturut-turut melaporkan kasus infeksi tertinggi sejak awal Juni 2020.

Laporan itu muncul setelah pemilihan umum (Pemilu) di negara bagian terbesar kedua Malaysia, Sabah.

Pada Jumat (2/10/2020), Malaysia melaporkan 287 kasus baru, lebih tinggi dari hari sebelumnya, Kamis (1/10/2020) dengan 260 kasus.

Baca juga: Pilkada 2020 di Tengah Pandemi, Apa yang Memberatkan Pemerintah?

Dikutip dari Reuters, Kamis (1/10/2020), Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah mengatakan peningkatan kasus dapat dilihat sebagai awal dari gelombang baru.

Ia mendesak agar masyarakat terus memperhatikan protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan tidak keluar rumah kecuali diperlukan.

Sejauh ini, Malaysia telah melaporkan 11.771 kasus infeksi dengan 136 kematian dan 10.095 pasien dinyatakan sembuh.

Baca juga: Pro dan Kontra Menanggapi Pilkada di Tengah Pandemi Corona...

Lonjakan kasus baru

Ilustrasi virus corona penyebab Covid-19SHUTTERSTOCK/creativeneko Ilustrasi virus corona penyebab Covid-19

Lonjakan kasus baru ini disebut berkaitan erat dengan pergerakan ribuan orang yang pulang ke Sabah untuk berpartisipasi dalam pemilu pada Sabtu (26/9/2020) lalu.

Dikutip dari Straits Times, Jumat (2/10/2020), beberapa politisi yang pernah berkunjung dan berkampanye di Sabah juga dikonfirmasi positif Covid-19.

Warganet pun mengecam para politisi karena tidak mempraktikkan jarak sosial ketika berkampanye.

Baca juga: Menilik Fenomena Artis dalam Bursa Pilkada...

Kasus-kasus terkait perjalanan ke negara bagian telah dilaporkan di 13 negara bagian Malaysia minggu ini.

Dalam sepekan terakhir, Malaysia secara konsisten mencatat kasus harian tiga digit.

Sejak hari pemungutan suara, pihak berwenang telah mengumumkan langkah-langkah untuk menahan laju infeksi dengan mewajibkan tes Covid-19 bagi semua orang yang kembali dari Sabah.

Baca juga: Memahami PCR dan Rapid Test pada Hasil Lab Covid-19, Seperti Apa?

Larangan perjalanan

Ilustrasi virus corona, Covid-19Shutterstock Ilustrasi virus corona, Covid-19

Sabah juga akan menghadapi penguncian selama 14 hari dan melarang perjalanan di antara 27 distrik mulai Jumat (2/10/2020) malam.

Pada hari itu juga, tagar #klustermenteri juga menjadi tren di Twitter menyusul laporan para menteri kabinet dan politisi senior yang tidak mempraktikkan karatina mandiri sekembalinya dari Sabah.

Di antara mereka yang menerima kritik adalah Tuan Azman Nasrudin, seorang anggota dewan eksekutif negara di Kedah yang merupakan anggota Partai Bersatu, paratai dari Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.

Baca juga: Langkah Mulus Gibran dalam Pencalonan Pilkada Solo 2020...

Ia dinyatakan positif virus corona bersama istrinya yang merupakan seorang guru sekolah. Akibatnya, seluruh siswa di sekolahnya pun harus menjalani tes swab.

Kepala Barisan Nasional (BN), faksi terbesar dalam pemerintahan federal yang berkuasa, Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi meminta maaf atas lonjakan kasus baru dan mengakui bahwa itu secara langsung disebabkan oleh pemilihan umum di Sabah.

Pemilihan itu dilakukan setelah upaya pengambilalihan pemerintah negara bagian melalui pembelotan pada akhir Juli 2020.

Ini menyebabkan pembubaran majelis negara bagian itu.

Baca juga: Ancaman Kelaparan dan Potret Kondisi TKI di Malaysia Saat Pandemi Corona...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Membandingkan Efektivitas Berbagai Jenis Masker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com