Ia menambahkan, pilihan investasi sebaiknya di instrumen-instrumen yang beresiko rendah seperti deposito, obligasi ritel, sukuk ritel, surat berharga negara, reksadana berbasis pasar uang atau pendapatan tetap, ataupun bisa memilih dalam bentuk logam mulia.
Baca juga: Indonesia di Tengah Ancaman Resesi, Ini Peluang Bisnis yang Bisa Dilakukan
Di sisi lain, perencana keuangan OneShildt, Budi Raharjo mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan keuangan keluarga di saat pandemi ini.
Pada kondisi ini, Budi mengatakan, dari sisi arus kas rumah tangga golongan masyarakat ini dapat melakukan pola belanja rumah tangga seperti biasa dengan beberapa penyesuaian.
"Mereka punya penghasilan tetap yang tidak terpengaruh, maka satu-satunya yang mempengaruhi arus kasnya adalah dari sisi pengeluaran. Mungkin ada beberapa pos pengeluaran yang mengalami kenaikan karena adanya WFH dan LFH seperti kenaikan biaya data," ujar Budi saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Jumat (11/9/2020).
Menurut Budi, kenaikan ini bisa jadi tidak sebanyak jika dibandingkan dengan penurunan biaya transportasi ke kantor dan biaya makan.
"Hal ini dapat bervariasi untuk tiap-tiap keluarga. Intinya adalah masing-masing keluarga dapat menyesuaikan arus kasnya sesuai prioritas masing-masing," lanjut dia.
Terkait proteksi, Budi mengatakan, karena pandemi ini meningkatkan risiko kesehatan. maka golongan masyarakat ini sudah seharusnya mempertimbangkan proteksi yang optimal bagi keluarganya baik proteksi kesehatan maupun jiwa.
Baca juga: Seberapa Besar Dampak Belanja Masyarakat untuk Selamatkan Indonesia dari Resesi?
Sementara bagi pekerja yang memiliki penghasilan tidak tetap, Andy menjelaskan bahwa mereka yang bekerja serabutan perlu memprioritaskan dana yang masuk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Prioritaskan pembayaran berbagai macam kewajiban dan tagihan seperti cicilan kredit ataupun tagihan listrik dan air. Selain itu kuota internet menjadi hal yang harus diutamakan juga bagi mereka yang punya anak yang bersekolah dari rumah ataupun orangtua yang WFH," ujar Andy.
Selain itu, juga mengubah jenis makanan agar tetap bergizi namun dengan harga yang lebih murah, seperti daging yang digantikan dengan tempe atau tahu dan sayuran yang kandungan proteinnya juga tinggi.
Alternatif lain untuk memanajemen keuangan yakni, sebisa mungkin mulai mencari penghasilan tambahan. Bisa dengan bekerja ekstra ataupun mencoba berbisnis.
Apabila yakin dengan pilihan berbisnis, Andy menyarankan untuk memilih bisnis yang memang produknya banyak dicari pada masa saat ini seperti frozen food.
"Dana yang digunakan sebagai modal usaha sebaiknya maksimal 30 persen dari dana tersedia, mengingat berbisnis termasuk investasi beresiko tinggi dan dana selebihnya akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Andy.
Apabila dampak pandemi dirasakan sangat besar memukul ekonomi hingga mengakibatkan penghasilan berhenti, maka perlu segera melakukan daftar ulang berbagai sumber keuangan yang tersedia (aset yang bisa dicairkan, investasi dan tabungan).
"Perlu segera memikirkan sumber penghasilan pengganti agar kebutuhan rumah tangga dapat tercukupi. Menyesuaikan pengeluaran dengan berhemat sebisa mungkin dan sesuai prioritas," ujar Budi.
"Memanfaatkan berbagai fasilitas yang ditawarkan pemerintah untuk kegiatan produktif yang dapat menghasilkan income baru," lanjut dia.
Baca juga: Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.