KOMPAS.com - Perlahan-lahan robot masuk ke dunia manusia dan berinteraksi dengan manusia.
Dalam kondisi pandemi, robot dapat membantu mengurangi interaksi manusia sehingga tidak menimbulkan penyebaran infeksi virus corona yang luas.
Dilansir The Guardian, Senin (7/9/2020), robot yang dapat melakukan percakapan sederhana dan mempelajari minat orang-orang akan ditempatkan di beberapa rumah perawatan atau panti jompo di Inggris.
Robot beroda itu dinamai "Pepper". Dia dapat bergerak secara mandiri dan memberi isyarat dengan lengan robotik.
Para robot dirancang untuk menjadi kompeten secara budaya, yang berarti setelah beberapa program awal, mereka belajar tentang minat dan latar belakang penghuni panti jompo.
Hal itu memungkinkan robot untuk memulai percakapan (walau belum sempurna), memainkan musik favorit para penghuni panti jompo, mengajari mereka bahasa, dan menawarkan bantuan praktis termasuk pengingat obat.
Baca juga: Demi Reputasi, Otoritas Kesehatan Australia Sembunyikan Daftar Panti Jompo Terinfeksi Covid-19
Hal tersebut merupakan bagian dari penelitian. Pimpinan peneliti Dr Chris Papadopoulos dari University of Bedfordshire mengatakan uji coba itu tidak dimaksudkan untuk mengeksplorasi penggantian penjaga manusia dengan robot.
Penelitian itu untuk membantu mengisi masa-masa kesepian para lansia, karena luasnya sistem perawatan, sementara para staf tidak memiliki waktu banyak untuk menemani para lansia.
Uji coba sebelumnya dilakukan di Inggris dan Jepang. Proyek penelitian itu senilai 2,3 juta euro didanai komisi Eropa dan pemerintah Jepang.
Para peneliti menemukan lansia di panti jompo berinteraksi dengan robot hingga 18 jam selama dua minggu mengalami peningkatan yang signifikan dalam kesehatan mental mereka.
Para peneliti menyebutkan ada dampak kecil namun positif pada keparahan kesepian di antara pengguna dan interaksi dengan robot tidak meningkatkan perasaan kesepian.
Sementara itu robot juga punya keterbatasan, yaitu pada percakapan mereka yang terasa dangkal dan kurang kaya.
Robot kurang personalisasi dan terkadang tidak menunjukkan kesadaran budaya yang cukup. Gerakan kepala serta gerakan tangan juga terkadang mengganggu.
Advinia Healthcare, lokasi percobaan dan salah satu penyedia perawatan demensia terbesar di Inggris, mengatakan pihaknya berupaya menerapkan ini ke dalam perawatan rutin orang yang rentan untuk mengurangi kecemasan dan kesepian serta memberikan perawatan yang berkelanjutan.
“Ini adalah satu-satunya kecerdasan buatan yang dapat memungkinkan komunikasi tanpa batas dengan robot dan penduduk yang rentan,” kata ketua Advinia, Dr Sanjeev Kanoria.