Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14,6 Juta Orang Telah Terinfeksi, Mengapa Masih Ada yang Tidak Percaya Adanya Covid-19?

Kompas.com - 20/07/2020, 18:06 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hampir lima bulan virus corona dilaporkan di Indonesia sejak awal Maret 2020. Sebanyak 88.214 orang terinfeksi dan 4.239 orang meninggal dunia. 

Di dunia, virus yang pertama berasal dari Wuhan, Hubei, China ini telah menginfeksi 14,6 juta orang dan 609.511 orang meninggal dunia. 

Meskipun demikian, masih banyak orang yang tak percaya dengan adanya virus yang sudah ditetapkan WHO sebagai pandemi global tersebut. 

Perdebatan mengenai ada atau tidaknya Covid-19 pun masih terus bergulir sampai saat ini.

Beberapa orang menganggap bahwa pandemi virus corona ini hanya omong kosong, konspirasi, dan cara untuk mendapatkan keuntungan belaka.

Kesenjangan informasi

Menanggapi hal itu, sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, ketidakpercayaan publik atas adanya virus corona ini disebabkan oleh kesenjangan antara informasi dan realita.

Dalam sosiologi, agar suatu hal bisa melekat dalam tubuh seseorang, diperlukan tiga proses tahapan yang disebut konstruksi sosial atas realitas.

Ketiga proses itu adalah eksternalisasi, objektifasi, dan internalisasi.

"Eksternalisasi itu ketika orang sudah membicarakan semua, di koran dan media, mereka kemudian menangkap itu. Objektifasi itu ketika dia mulai mendalami itu, mulai menunggu, merasakan, ada ndak risiko pada saya, ada ndak dampaknya pada saya," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/7/2020).

"Kalau internalisasi itu sudah masuk ke dia dan dia berpindah untuk menghindari atau menerima itu. Sudah otomatis dari dalam tubuhnya, karena kesadarannya sudah mengatur itu," sambungnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com