Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Sleeping Beauty Syndrome?

Kompas.com - 19/07/2020, 14:48 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Sementara itu, gejala KLS bisa hampir sama dengan kondisi kesehatan lainnya. Oleh karena itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan uji diagnostik.

Tindakan pemeriksaan termasuk pengambilan darah, studi tidur, dan tes pencitraan. Selain itu, dimungkinkan adanya CT scan atau MRI pada kepala pasien.

Untuk mendiagnosis sleeping beauty syndrome, dokter juga akan menggunakan serangkaian tes untuk memeriksa dan mengesampingkan kondisi diabetes, hipotiroidisme, tumor, peradangan, infeksi, dan gangguan tidur lainnya, serta kondisi neurologis.

Rasa kantuk yang berlebihan juga merupakan karakteristik depresi.

Jika menemukan hal demikian, dokter akan menyarankan evaluasi kesehatan mental. Tindakan ini akan membantu dokter menilai apakah gejalanya disebabkan oleh depresi berat atau gangguan mood lainnya.

Hidup dengan KLS

Karena sleeping beauty syndrome bisa terjadi dalam rentang 10 tahun atau lebih, hidup dengan kondisi ini dapat memiliki dampak luar biasa pada kehidupan penderitanya.

Gangguan ini akan mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, pergi ke sekolah, dan membina hubungan dengan teman dan keluarga.

Selain itu, KLS juga dapat memicu kecemasan dan depresi, terutama karena seseorang tidak tahu kapan gangguan ini akan terjadi atau berapa lama akan berlangsung.

Penderita juga ada yang mengalami lapar luar biasa sehingga makan berlebihan selama mengalami sleeping beauty syndrome. Hal ini menyebabkan penderita mengalami kenaikan berat badan.

Mereka yang hidup dengan KLS harus berkonsultasi dengan dokter untuk mengidentifikasi saat sindrom ini datang.

Memahami gejala dan cara mengidentifikasinya penting dilakukan untuk menghindarkan potensi yang terjadi saat seseorang mengalami sleeping beauty syndrome.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com