KOMPAS.com - Fenomena langka komet Neowise diperkirakan akan dapat dilihat di Indonesia mulai Minggu (19/7/2020) sore hingga Sabtu (25/7/2020).
Komet Neowise bisa disaksikan setelah Matahari terbenam.
Peneliti dari Pusat Sains Antartika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Andi Pangerang mengatakan, fenomena ini dapat dilihat di seluruh wilayah di Indonesia.
Komet Neowise, kata Andi, pertama kali diamati oleh wahana Near Earth Object Wide-field Infrared Survey Explorer (Neowise) milik NASA pada 27 Maret 2020.
Komet Neowise memiliki tiga bagian utama yakni ekor, badan, dan nukleus atau inti komet.
Andi menjelaskan, inti komet Neowise berukuran 5 kilometer, sama dengan komet Hyakutake, Enke, Borelly, Turtle, dan Pons-Winnecke.
"Ukuran ini terkonfirmasi juga oleh salah satu satelit NASA, Parker Solar Probe, yang baru saja diluncurkan pada 2018," kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/7/2020).
Baca juga: Dapat Disaksikan Mulai Nanti Sore, Berikut Cara Memotret Fenomena Langka Komet Neowise
Sementara, badan komet Neowise tercatat memiliki lebar hingga 15,4 kilometer atau selebar Kota Bandung, Jawa Barat.
Lebar badan komet diketahui pada 3 Juli 2020 lalu saat bergerak mendekati Matahari.
"Badan komet Neowise tercatat berukuran selebar bulan (32 menit busur) ketika mendekati Matahari, 3 Juli silam. Dengan jarak komet saat itu mencapai 0,295 sa atau 44 juta kilometer, maka badan komet berukuran hingga 15,4 kilometer. Selebar Kota Bandung," jelas Andi.
Menurut Andi, badan komet akan mengecil seiring menjauhnya komet dari Matahari.
Akan tetapi, ekor komet akan tampak semakin panjang.
Ekor komet Neowise memiliki panjang yang bervariasi, paling pendek yakni 700.000 kilometer.
"Bervariasi, paling pendek bisa seukuran Matahari (700.000 kilometer). Paling panjang bisa 2-3 kali lipat," jelas Andi.
Lalu, badan komet Neowise terdiri dari batuan keras yang mengandung uap air, mineral, dan mikroorganisme.
Baca juga: Komet Neowise Hanya Bisa Dilihat Sekali Seumur Hidup, Benarkah Ekornya Terbelah?