Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susah Sinyal, Guru SD di Magelang Laksanakan MPLS "Door to Door" ke Rumah Siswa

Kompas.com - 18/07/2020, 19:45 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi pilihan yang diambil oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) guna menyiasati agar kegiatan belajar-mengajar tetap bisa terlaksana di tengah pandemi virus corona.

Dengan mengandalkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, ketidakhadiran secara fisik di ruang sekolah bisa digantikan dengan interaksi melalui internet.

Meski demikian, kenyataan yang terjadi saat pelaksanaan PJJ ternyata tidak semudah yang dicanangkan.

Seperti diungkapkan oleh akun @efenerr yang mengunggah cerita temannya yang berprofesi sebagai guru SD di Magelang, Jawa Tengah.

Dalam twitnya, @efenerr menyebut temannya ini melakukan kunjungan dan pembelajaran luring ke rumah siswa-siswanya, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk diadakannya pembelajaran daring secara ideal.

Baca juga: Viral Video Siswa Berdiri Saat Upacara Online, Ini Penjelasan Sekolah

Baca juga: Melihat Risiko dan Hasil Pembukaan Sekolah di Tengah Pandemi Corona...

Dilakukan saat MPLS

Saat dikonfirmasi terkait unggahan tersebut, Ifan Mustika Rinaldi, guru kelas VI SD Negeri Growong, Kecamatan Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, mengatakan, kunjungan ke rumah siswa itu dilakukan selama tiga hari saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

"Hari pertama kami cuma nge-share video-video pengenalan lingkungan sekolah dan profil guru. Selanjutnya pada hari ketiga, bagi siswa-siswa yang tidak punya HP, kami kunjungi satu-satu. Khusus untuk yang kelas satu saja," kata Ifan saat dihubungi Kompas.com (18/7/2020).

Tidak hanya Ifan seorang, kunjungan ini juga dilakukan oleh guru-guru di SD N Growong yang totalnya berjumlah delapan orang.

Sementara untuk jumlah siswa kelas 1 ada 12 orang, dan secara total jumlah siswa di SDN Growong ada 108 orang.

"Karena rumahnya (siswa) kan berjauhan. Desa kami itu ada empat dusun, jadi gurunya dibagi untuk tiap-tiap dusun. Karena jalannya yang mungkin agak susah, jadi bersama-sama, dua-dua gitu. Memang aksesnya agak sulit," kata Ifan.

Baca juga: Saat Masa Studi SMK Setara dengan Diploma Satu...

Daring dianggap tidak efektif

Ifan menyebut bahwa pembelajaran daring sebenarnya tidak ideal, terutama bagi siswa yang masih duduk di kelas satu.

"Kelas satu belum bisa apa-apa, belum bisa nulis, (tulis) namanya sendiri saja belum bisa. Orangtua juga kesulitan, karena mereka bekerja. Akhirnya anak main sendiri," kata Ifan.

Untuk siswa di tingkat yang lebih atas, karena pembelajaran daring tidak memungkinkan, maka siswa hanya diberikan tugas yang nantinya diambil oleh orangtua di sekolah.

"Kalau tugas-tugas saja, itu namanya bukan pembelajaran. Kami bingung juga ini sebagai guru di daerah terpencil. Kalau Jakarta kan enak, mau Zoom mau apa bisa, lha kami? di sini HP Android saja belum punya," kata Ifan.

Baca juga: Simak, Berikut Panduan Belajar dari Rumah Sesuai Edaran Kemendikbud

Kendala utama menurutnya adalah minimnya sinyal telekomunikasi di daerah tempatnya mengajar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com