Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Twit Strategi Melawan Covid-19, Benarkah Psikologis yang Dominan?

Kompas.com - 19/06/2020, 20:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Dia melanjutkan, menurutnya pendekatan epidemiologi untuk menangani pandemi dapat dilakukan dengan test, trace, isolate, dan treat dan seharusnya mendapat porsi lebih besar.

Mengenai tes-nya, Bayu mengungkapkan batasan WHO adalah minimal 1 tes per 1000 populasi per minggu. 

Lalu trace adalah penelusuran kontak dari orang yang positif Covid-19. Sehingga infeksi virus corona tidak banyak menyebar. 

Baca juga: Pemerintah Dinilai Inkonsisten Hadapi Covid-19

Menurut Bayu, sisi psikologis memang diperlukan tapi bukan porsi utama. Menurut dia, wabah berkepanjangan pasti berdampak ke psikologis kepada nakes dan non nakes. Sementara itu penanganan psikologis sebenarnya juga bagian dari medis.

Bayu menyebut, penanganan Covid-19 yang kurang tepat bisa menyebabkan suatu negara kewalahan menghadapi virus ini. Dia mencontohkan, Amerika Serikat dan Brasil termasuk negara yang kewalahan.

Namun negara-negara itu tidak terang-terangan seperti Indonesia yang mengatakan penanganan Covid-19 menggunakan psikologis sebanyak 80 persen.

Beda dampak dan strategi

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut, terkait strategi pemerintah tersebut, pihaknya pernah mendengar sekitar bulan Maret lalu. 

Namun pihaknya tidak mengetahui apakah strategi tersebut masih dilakukan pemerintah hingga saat ini atau tidak. 

"Hanya waktu saya tahu itu, sempat saya kritik dan pertanyakan dasar ilmiahnya apa," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com. 

Baca juga: Hadapi Covid-19, Jokowi Minta Daerah Jangan Buat Acara Sendiri-sendiri

Berbeda dengan bagan strategi melawan Covid-19, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut, persoalan Covid-19, 20 persen merupakan persoalan kesehatan, sedangkan 80 persen lainnya merupakan persoalan psikologi.

"Kalau masyarakat tidak bisa menjaga psikologi mereka sendiri, ada kecenderungan imunitas menurun, yang menyebabkan orang terkena Covid-19 dan menjadi lemah," ujar Moeldoko dikutip dari Antara (29/4/2020).

Mengenai pernyataan Moeldoko, Dicky mengatakan, hal itu bisa terjadi dalam situasi pandemi.

Sebab kaitannya dengan merespons dampak psikologis. Akibat situasi pandemi misalnya, berdampak pada anak dan tingkat perceraian seperti ada di sejumlah negara.

"Sedangkan untuk strategi pengendalian pandemi tidak bisa denga pendekatan psikologis dan tidak ada dasarnya," jelas dia.

Pengendalian pandemi menurut Dicky, bukan dengan meningkatkan kesehatan mental. Namun lebih pada dampak.

"Kalau menurunkan atau mengendalikan pandemi harus dengan testing tracing isolasi dan treatmen, dan mengubah perilaku masyarakat. Itu yang harus diluruskan," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com