KOMPAS.com - Salah satu wujud toleransi antarumat beragama kembali diwujudkan oleh masyarakat dunia.
Kali ini Gereja Martha Lutheran di Berlin, Jerman yang membuka pintunya untuk menampung jemaah shalat Jumat dari Masjid The Dar Assalam yang berdiri di dekatnya.
Upaya ini mereka sebut sebagai "Amazing Sign of Solidarity".
Baca juga: Syarat Masjid yang Bisa Mengadakan Shalat Idul Fitri Saat Pandemi Corona
Hal ini dilakukan karena mereka memahami kapasitas masjid akan banyak berkurang akibat adanya imbauan jaga jarak fisik dari pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19.
Penjarakan ini tentu membuat masjid tidak bisa menampung jumlah jemaah sebanyak biasanya.
Untuk itu, sebagian jemaah yang tidak tertampung dipersilakan untuk menggunakan ruangan gereja untuk tetap bisa melaksanakan ibadah.
Baca juga: Berani Jadi Imam? Berikut Panduan Shalat dan Khotbah Idul Fitri
Tempat-tempat peribadatan di Jerman mulai dibuka sejak awal Mei ini. Akan tetapi, jemaah diminta untuk menjaga batas minimal antar satu dan lainnya minimal 1,5 meter.
Masjid ini biasanya menampung ratusan jemaah setiap Jumat. Namun kali ini hanya bisa memuat setengahnya saja.
Pihak gereja pun menawarkan bantuan dengan mempersilakan jemaah yang tidak tertampung untuk menggunakan ruangan ibadah mereka untuk tetap bisa mengikuti shalat Jumat yang dilakukan secara berjamaah.
"Ini bisa terjadi karena solidaritas. Pihak gereja melihat bagaimana Muslim mengalami kekurangan tempat dan mereka bertanya kepada kami, 'Apakah kalian membutuhkan ruang untuk berdoa?', Itu adalah tanda solidaritas yang sangat hebat di tengah kondisi ini," kata imam masjid, Mohamed Taha Sabry.
"Pandemi ini membuat kami bersatu. Krisis menyatukan umat antar-agama," kata sang imam dalam khutbahnya yang di sampingnya terdapat kaca patri yang menggambarkan perawan Maria.
Salah satu jemaah bernama Samer Hamdoun menyebut melakukan ibadah shalat di lingkungan gereja membuatnya harus menyesuaikan diri, karena tidak terbiasa.
"Rasanya aneh karena ada alat-alat musik, gambar-gambar. Tapi ketika kamu lihat lagi, ketika kamu abaikan detail-detail kecil itu, pada akhirnya ini adalah Rumah Tuhan," kata Hamdoun.
Baca juga: Mengapa Keputusan Shalat Idul Fitri dari MUI Tak Dijalankan Serentak?
Sementara itu, pastur dari Gereja Martha Lutheran, Monika Matthias menyebut ia merasa tergerak karena mendengan azan, panggilan untuk Muslim beribadah.
"Saya ambil bagian dalam doa. Saya berbicara dalam bahasa Jerman. Dan selama ibadah berjalan, saya hanya bisa berkata ya, ya, ya, karena kita memiliki tujuan yang sama dan kami ingin belajar dari kalian. Dan ini sangat menarik untuk bisa merasakan satu sama lain," kata dia.
Matthias mengatakan, kebijakan yang dikeluarkan oleh gereja merupakan keputusan bersama seluruh umat untuk melakukan yang terbaik selama masa pandemi terus berlangsung.
"Ini membuat kami menjadi lebih dekat. Apakah kerja sama ini akan terus berlangsung dan bagaimana itu akan dilangsungkan, masih terbuka kemungkinan, tapi menurut saya mengetahui satu sama lain dan apa yang kita alami bersama di saat-saat sulit ini dapat memperkuat untuk apa pun yang akan terjadi di depan nanti," ujarnya.
Dewan Islam yang menaungi 400 masjid di Jerman, April lalu mengatakan banyak masjid yang tutup akibat tidak adanya pemasukan atau sumbangan dari jemaah akibat peraturan yang melarang dibukanya rumah-rumah ibadah.
Padahal bulan Ramadhan, biasanya menjadi periode puncak para jemaah menyumbangkan atau menginfakkan hartanya kepada masjid.
Baca juga: Alih Fungsi Masjid di Saat Corona, dari Bank Makanan hingga Tempat Penyimpanan Mayat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.