Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Gereja Martha Lutheran Dipergunakan untuk Shalat Jumat Warga Jerman...

Kompas.com - 23/05/2020, 18:33 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Salah satu wujud toleransi antarumat beragama kembali diwujudkan oleh masyarakat dunia.

Kali ini Gereja Martha Lutheran di Berlin, Jerman yang membuka pintunya untuk menampung jemaah shalat Jumat dari Masjid The Dar Assalam yang berdiri di dekatnya.

Upaya ini mereka sebut sebagai "Amazing Sign of Solidarity".

Baca juga: Syarat Masjid yang Bisa Mengadakan Shalat Idul Fitri Saat Pandemi Corona

Hal ini dilakukan karena mereka memahami kapasitas masjid akan banyak berkurang akibat adanya imbauan jaga jarak fisik dari pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19.

Penjarakan ini tentu membuat masjid tidak bisa menampung jumlah jemaah sebanyak biasanya.

Untuk itu, sebagian jemaah yang tidak tertampung dipersilakan untuk menggunakan ruangan gereja untuk tetap bisa melaksanakan ibadah.

Baca juga: Berani Jadi Imam? Berikut Panduan Shalat dan Khotbah Idul Fitri

Menjaga batas minimal

Jemaah menjaga jarak aman saat melakukan shalat Jumat di Karachi, Pakistan. Pemerintah menerapkan batasan shalat berjemaah dan menyerukan warga untuk tetap di rumah, dalam rangka menahan penyebaran virus corona. Foto diambil pada 17 April 2020.AKHTAR SOOMRO/REUTERS Jemaah menjaga jarak aman saat melakukan shalat Jumat di Karachi, Pakistan. Pemerintah menerapkan batasan shalat berjemaah dan menyerukan warga untuk tetap di rumah, dalam rangka menahan penyebaran virus corona. Foto diambil pada 17 April 2020.

Tempat-tempat peribadatan di Jerman mulai dibuka sejak awal Mei ini. Akan tetapi, jemaah diminta untuk menjaga batas minimal antar satu dan lainnya minimal 1,5 meter.

Masjid ini biasanya menampung ratusan jemaah setiap Jumat. Namun kali ini hanya bisa memuat setengahnya saja.

Pihak gereja pun menawarkan bantuan dengan mempersilakan jemaah yang tidak tertampung untuk menggunakan ruangan ibadah mereka untuk tetap bisa mengikuti shalat Jumat yang dilakukan secara berjamaah.

"Ini bisa terjadi karena solidaritas. Pihak gereja melihat bagaimana Muslim mengalami kekurangan tempat dan mereka bertanya kepada kami, 'Apakah kalian membutuhkan ruang untuk berdoa?', Itu adalah tanda solidaritas yang sangat hebat di tengah kondisi ini," kata imam masjid, Mohamed Taha Sabry.

"Pandemi ini membuat kami bersatu. Krisis menyatukan umat antar-agama," kata sang imam dalam khutbahnya yang di sampingnya terdapat kaca patri yang menggambarkan perawan Maria.

Salah satu jemaah bernama Samer Hamdoun menyebut melakukan ibadah shalat di lingkungan gereja membuatnya harus menyesuaikan diri, karena tidak terbiasa.

"Rasanya aneh karena ada alat-alat musik, gambar-gambar. Tapi ketika kamu lihat lagi, ketika kamu abaikan detail-detail kecil itu, pada akhirnya ini adalah Rumah Tuhan," kata Hamdoun.

Baca juga: Mengapa Keputusan Shalat Idul Fitri dari MUI Tak Dijalankan Serentak?

Keputusan bersama

Jemaah menjaga jarak aman saat melakukan shalat Jumat di Karachi, Pakistan. Pemerintah menerapkan batasan shalat berjemaah dan menyerukan warga untuk tetap di rumah, dalam rangka menahan penyebaran virus corona. Foto diambil pada 17 April 2020.AKHTAR SOOMRO/REUTERS Jemaah menjaga jarak aman saat melakukan shalat Jumat di Karachi, Pakistan. Pemerintah menerapkan batasan shalat berjemaah dan menyerukan warga untuk tetap di rumah, dalam rangka menahan penyebaran virus corona. Foto diambil pada 17 April 2020.

Sementara itu, pastur dari Gereja Martha Lutheran, Monika Matthias menyebut ia merasa tergerak karena mendengan azan, panggilan untuk Muslim beribadah.

"Saya ambil bagian dalam doa. Saya berbicara dalam bahasa Jerman. Dan selama ibadah berjalan, saya hanya bisa berkata ya, ya, ya, karena kita memiliki tujuan yang sama dan kami ingin belajar dari kalian. Dan ini sangat menarik untuk bisa merasakan satu sama lain," kata dia.

Matthias mengatakan, kebijakan yang dikeluarkan oleh gereja merupakan keputusan bersama seluruh umat untuk melakukan yang terbaik selama masa pandemi terus berlangsung.

"Ini membuat kami menjadi lebih dekat. Apakah kerja sama ini akan terus berlangsung dan bagaimana itu akan dilangsungkan, masih terbuka kemungkinan, tapi menurut saya mengetahui satu sama lain dan apa yang kita alami bersama di saat-saat sulit ini dapat memperkuat untuk apa pun yang akan terjadi di depan nanti," ujarnya.

Dewan Islam yang menaungi 400 masjid di Jerman, April lalu mengatakan banyak masjid yang tutup akibat tidak adanya pemasukan atau sumbangan dari jemaah akibat peraturan yang melarang dibukanya rumah-rumah ibadah.

Padahal bulan Ramadhan, biasanya menjadi periode puncak para jemaah menyumbangkan atau menginfakkan hartanya kepada masjid.

Baca juga: Alih Fungsi Masjid di Saat Corona, dari Bank Makanan hingga Tempat Penyimpanan Mayat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com