KOMPAS.com - Seorang ilmuwan AS mengatakan bahwa orang tidak boleh mengandalkan vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan dalam waktu dekat.
Hal ini karena infeksi secara global melewati 5 juta kasus, setelah melonjak di Amerika Latin, termasuk Brasil yang telah mencatatkan hampir 20.000 kasus baru.
Periset kanker, HIV/AIDS dan peneliti proyek genom manusia, Wiliam Haseltine menuturkan bahwa pendekatan terbaik untuk pandemi ini yaitu mengelola penyakit melalui penelusuran infeksi dan langkah-langkah isolasi yang ketat setiap kali penyebarannya.
Baca juga: Pembukaan PSBB, Ancaman Kluster Baru Covid-19 hingga Perlunya Pelacakan Kontak
Sementara vaksin tengah dikembangkan, maka hal yang perlu diandalkan yakni dengan mendesak orang-orang untuk mengenakan masker, mencuci tangan, membersihkan permukaan dan menjaga jarak.
Melansir The Guardian, Kamis (21/5/2020), vaksin yang dikembangkan sebelumnya untuk jenis corona virus lain gagal melindungi selaput lendir di hidung, tempat virus biasanya memasuki tubuh.
Amerika Serikat dan negara-negara lain belum melakukan cukup banyak hal untuk memaksa mengisolasi orang-orang yang terpapar virus tersebut, namun memuji upaya China, Korea Selatan, dan Taiwan untuk mengekang infeksi.
Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?
Haseltine menuturkan bahwa AS, Rusia, dan Brasil, yang menepati urutan pertama, kedua, dan ketiga untuk infeksi, telah melakukan yang terburuk.
Saat infeksi global mencapai 5 juta jiwa, Brasil melaporkan rekor sebanyak 19.951 kasus pada Rabu (20/5/2020), menjadikan total infeksi menjadi 291.579.
Jika tren terus berlanjut, negara ini akan segera menyusul Rusia dengan 308.705 kasus.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Brasil mengeluarkan pedoman baru untuk penggunaan yang lebih luas dari obat-obatan anti-malaria dalam kasus corona virus ringan, suatu pengobatan yang digembar-gemborkan oleh Presiden Jair Bolsonaaro yang bertentangan dengan para pakar kesehatan masyarakat yang memperingatkan kemungkinan risiko kesehatan.
Menteri kesehatan sementara, Eduardo Pazuello, seorang jenderal angkatan darat, mengizinkan penggunaan obat tersebut setelah dua dokter meninggalkan jabatan tertinggi di kementerian di bawah tekanan untuk mempromosikan penggunaan chloroquine dan hydroxychloroquine.
Baca juga: Sebabkan Komplikasi Jantung, Penelitian Klorokuin di Brazil Dihentikan
Pedoman baru menyarankan dosis untuk anti-malaria bersama dengan antibiotik azitromisin pada awal gejala.
Pasien atau anggota keluarga harus menandatangani surat pernyatakan mengakui potensi efek samping.
Presiden AS Donald Trump telah mengatakan rejimen hydroxychloroquine-nya yang bertentangan dengan saran dari FDA AS, akan berakhir dalam dua hari.