KOMPAS.com - Hari ini, 22 tahun yang lalu, tepatnya 12 Mei 1998, empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia usai tertembak di dalam kampus terkait aksi demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto. Peristiwa ini dikenal sebagai Tragedi Trisakti.
Kekejaman aparat pada aktivis kala itu menjadi tragedi berdarah yang masih diingat hingga kini.
Bahkan keadilan bagi keluarga masih dinanti.
Baca juga: Mengenang Sosok Marsinah, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib
Seperti apa kejadian di Universitas Trisakti waktu itu? Siapa saja yang jadi korban tragedi?
Demonstrasi mahasiswa di Universitas Trisakti merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998.
Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak Soeharto diangkat menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.
Para aktivis geram karena pemerintah dinilai telah melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), hingga menyeret negara ke dalam krisis moneter.
Sehari setelah kejadian, Harian Kompas, Rabu (13/5/1998) menurunkan berita dengan judul Insiden di Universitas Trisakti: Enam Mahasiswa Tewas.
Keenam mahasiswa tersebut diumumkan Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo.
Mereka tertembak sewaktu berada di dalam kampus oleh berondongan peluru yang diduga ditembakkan oleh aparat. Salah satunya disebut berasal dari jalan layang Grogol (Grogol fly over).
Baca juga: Ramai soal Pembatalan Diskon UKT bagi Mahasiswa PTKIN, Ini Penjelasan Kemenag
Korban Tragedi Trisakti
Berikut ini para korban Tragedi Trisakti:
Dalam jumpa pers yang dilakukan, pihak kampus menyatakan ada enam korban tewas. Namun beberapa hari kemudian dipastikan ada empat mahasiswa Trisakti yang menjadi korban. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Alifidin, Heri Heriyanto dan Hendriawan.
Selain mereka, ada puluhan mahasiswa lainnya yang menderita luka berat dan ringan.