Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi Sebut soal Kasus Benjina, Seperti Apa Kekejaman Perbudakan di Masa Itu?

Kompas.com - 07/05/2020, 20:25 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang menceritakan soal dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang bekerja di kapal China viral.

Hal itu menjadi perbincangan setelah seorang Youtuber Korea Selatan Jang Hansol mengunggah video pemberitaan MBC tentang pengakuan ABK yang jadi korban.

Disebutkan para Anak Buah Kapal (ABK) itu dipekerjakan hingga 18 jam. Bahkan bisa berdiri selama 30 jam dengan 6 jam istirahat.

Baca juga: Viral Video Jenazah ABK Indonesia Dilarung di Laut, Bagaimana Aturan Menurut ILO?

Banyak dari mereka yang sakit hingga meninggal dunia. Lalu jasadnya dilarung ke laut.

Bukan pertama kali kasus perbudakan di atas kapal terjadi di Indonesia.

Indonesia pernah menjadi mimpi buruk bagi dunia ketika kasus perbudakan ABK di Benjina terungkap ke publik.

Menteri dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 Susi Pudjiastuti menyinggung kasus Benjina saat membicarakan video yang viral belakangan ini.

Baca juga: Saat 225 WNI ABK Kapal Pesiar MSC Magnifica Berhasil Dipulangkan ke Tanah Air...

Dikutip dari Associated Press (AP) melalui Harian Kompas, Kamis (9/4/2015), ada indikasi terjadi perbudakan terhadap ABK Myanmar pada kapal-kapal yang dioperasikan PT Pusaka Benjina Resources.

Ratusan ABK menjadi korban perbudakan. Mereka di antaranya berasal dari Thailand, Laos, Kamboja, Myanmar.

Mereka dibawa ke Indonesia melalui Thailand dan dipaksa untuk menangkap ikan, seperti cumi-cumi, udang, kakap, kerapu dan ikan lainnya..

Hasil tangkapan mereka kemudian dikirim kembali ke Thailand, memasuki arus perdagangan global.

Laut Arafura menyediakan beberapa tempat penangkapan ikan terkaya dan paling beragam di dunia. Penuh dengan makarel, tuna, cumi-cumi, dan banyak spesies lainnya.

Baca juga: Beda Pandangan Susi, Edhy, hingga Jokowi soal Ekspor Benih Lobster...

Perlakuan tak manusiawi

Sejumlah 242 anak buah kapal (ABK) asal Myanmar dan Kamboja di PT Pusaka Benjina Resources, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, diangkut dengan feri ke Tual, Maluku, untuk pemulangan ke negara asal, Selasa (19/5/2015).KOMPAS/BM LUKITA GRAHADYARINI Sejumlah 242 anak buah kapal (ABK) asal Myanmar dan Kamboja di PT Pusaka Benjina Resources, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, diangkut dengan feri ke Tual, Maluku, untuk pemulangan ke negara asal, Selasa (19/5/2015).

Salah seorang ABK mengaku diperlakukan tak manusiawi, antara lain dipaksa bekerja 20-22 jam per hari, dikurung, dan disiksa.

Associated Press menurunkan laporan investigasi pada 25 Maret 2015. Menurut para ABK atau para budak, para kapten di kapal penangkap ikan memaksa mereka untuk minum air yang tidak bersih.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com