Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Javas, Mahasiswa Nonmedis Relawan Covid-19 di RSUI: Enggak Bayangin Pakai APD Lengkap

Kompas.com - 28/04/2020, 08:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kondisi pandemi Covid-19 yang menimpa semua kalangan tanpa kecuali, membuat semua orang merasa memiliki kepedulian bersama.

Adanya kesamaan kondisi yang dialami ini membuat sejumlah orang terpanggil untuk ikut berkontribusi memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya.

Apalagi, jika melihat banyak pihak yang kesulitan mulai dari masyarakat pekerja nonformal, tenaga medis, dan lain-lain selama menghadapi serangan wabah penyakit ini.

Kontribusi baik banyak diberikan dengan cara menggalang dana, berdonasi, terjun menjadi relawan di lapangan, atau sesederhana dengan mengikuti anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah saja.

Javas Rizqi Ramadhan (21), seorang mahasiswa semester 6 program studi Kesejahteraan Sosial Fisip Universitas Indonesia memilih untuk turun tangan menjadi relawan di RS UI yang per 1 April kemarin ditunjuk menjadi salah satu rumah sakit rujukan bagi penderita Covid-19.

Saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/4/2020) siang, Javas mengaku motivasinya mendaftarkan diri sebagai relawan di RSUI datang dari panggilan hati dan rasa ingin membantu sesama.

"Sebenarnya kalau untuk niatnya sendiri, karena memang betul-betul ingin bantu, kebetulan punya tenaga dan melihat kondisi sekarang teman-teman di bidang kesehatan terbatas sekali," kata Javas.

Baca juga: [HOAKS] Campuran Air Teh dan Lemon Efektif Bunuh Virus Corona

Ketika pertama kali melihat pengumuman rekruitmen relawan yang dibuka oleh RS UI, Javas mengaku tertarik karena di sana dibuka peluang untuk orang-orang yang datang bukan dari ranah medis, seperti dirinya.

"Jadi kemarin memang, pas ngelihat informasi ada pendaftaran relawan di akun media sosialnya RSUI kan memang ada beberapa pos yang bisa diisi dari background yang di luar medis, yaudah akhirnya bismillah mutusin coba daftar," sebutnya.

Apalagi, dia memiliki teman yang bekerja sebagai perawat di RSUI, jadi dia mengaku mengetahui kondisi di sana yang memang mengalami kekurangan tenaga.

Javas mengaku relawan yang berasal dari kalangan umum ini jumlahnya tidak sebanyak relawan yang berasal dari latar belakang medis, seperti keperawatan.

Meski tidak memiliki latar belakang medis atau ilmu keperawatan, namun saat ini Javas ditempatkan di pos Asisten Perawat, karena tenaganya sangat dibutuhkan mengingat keterbatasan SDM yang ada.

"Kalau yang di Asisten Perawat ini rata-rata lulusan SMA/SMK Keperawatan, harusnya memang punya basic kesehatan, cuma kemarin karena kondisinya di RSUI ini benar-benar kekurangan dan butuh tenaga tambahan akhirnya saya diterima walaupun saya datang dari rumpun sosial," jelasnya.

Baca juga: Asisten Senior Presiden Korsel: Kim Jong Un Masih Hidup dan Sehat

Orang tua mendukung

Pemuda asal Subang, Jawa Barat ini mengaku mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya di rumah. Terutama dari kedua orangtuanya.

Izin orangtua menurut Javas penting untuk dikantungi, selain juga kesiapan mental, sebelum akhirnya melakukan kegiatan kerelawanan ini.

"Ayah sendiri waktu masih muda aktif di bidang kerelawanan, jadi pas saya izin justru ayah saya dukung 100 persen. 'Kalau misalkan papa masih muda mungkin papa udah terjun dari awal'," kata Javas menirukan ucapan sang ayah.

Dukungan itu menjadi motivasi tersendiri baginya  untuk semakin mantap terjun menjadi relawan, meskipun ia menyadari ada risiko yang harus ditanggung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com