Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Anjlok, Banyak Perusahaan Pangkas Produksinya

Kompas.com - 27/04/2020, 21:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri energi dunia merasakan pukulan besar ketika pada 20 April harga minyak berjangka AS jatuh ke minus 38 dollar AS per barel, catatan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Hampir 40 tahun dalam sejarahnya, harga minyak berjangka AS tak pernah turun di bawah 10 dollar AS per barel.

Hanya dalam beberapa bulan sejak pandemi virus corona telah berimbas pada penurunan permintaan bahan bakar karena miliaran orang membatasi perjalanan.

Bahkan, tempat penyimpanan minyak di Amerika Serikat tak lagi dapat menampung pasokan yang terus bertambah.

"Apa yang terjadi dalam kontrak berjangka beberapa hari yang lalu mengindikasikan hal-hal mulai memburuk lebih awal dari yang diharapkan," kata Frederick Lawrence, Wakil Presiden Bidang Ekonomi dan Hubungan Internasional di Independent Petroleum Association of America, dilansir dari Reuters, Senin (27/4/2020).

"Orang-orang mendapat pemberitahuan dari perusahaan jaringan pipa yang mengatakan mereka tidak bisa mengambil minyak mentah lagi," sambungnya.

Baca juga: Redam Dampak Corona dan Anjloknya Harga Minyak, Bank Sentral Rusia Pangkas Suku Bunga

Penyusutan nilai minyak

Bukti penyusutan nilai minyak banyak beredar di seluruh dunia minggu lalu.

Di Rusia, salah satu produsen top dunia, industri sedang mempertimbangkan untuk melepas minyaknya ke pasaran.

Raksasa minyak Norwegia Equinor memangkas dividen kuartalannya menjadi dua pertiga. Minggu depan, perusahaan minyak terbesar dunia termasuk Exxon Mobil Corp, BP PLC dan Royal Dutch Shell PLC akan menyampaikan laporan pendapatannya.

Mereka semua diharapkan merinci pemotongan pengeluaran tambahan dan investor akan mengawasi dengan cermat bagaimana perusahaan-perusahaan itu berencana mengelola dividen.

Miliarder AS Harold Hamm, pemilik Continental Resource Inc, mengirim anak buahnya ke ladang di Oklahoma dan North Dakota pada pertengahan minggu lalu untuk menutup sumur secara tiba-tiba.

Pihak perusahaan juga menyatakan tidak dapat melakukan pengiriman minyak mentah ke pelanggan karena ekonomi yang buruk.

Keputusan Continental tersebut mengejutkan banyak pihak sekaligus memantik respon tajam dari kelompok industri kilang minyak.

Baca juga: Harga Minyak Anjlok hingga Konflik Geopolitik Bikin Rupiah Melemah

Opsi menghentikan produksi

Di seluruh dunia, pemerintah dan perusahaan sedang bersiap untuk menutup produksi, bahkan banyak yang sudah melakukannya.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya telah berkomitmen untuk mencatat pemangkasan 10 juta barel pasokan harian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com