Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Hebat Gunung Tambora yang Mengubah Dunia

Kompas.com - 10/04/2020, 10:04 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 205 tahun yang lalu, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus hebat pada 10 April 1815.

Total volume yang dikeluarkan Gunung Tambora saat itu mencapai 150 kilometer kubik atau 150 miliar meter kubik. Deposit jatuhan abu yang terekam hingga sejauh 1.300 kilometer dari sumbernya.

Material vulkanik yang mengalir ke lautan menyebabkan gelombang tsunami dengan ketinggian 4 meter.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Apple Inc Didirikan, Bagaimana Awal Mulanya?

Letusan dahsyat itu menjadi yang terkuat dalam catatan sejarah manusia modern.

Seorang ilmuwan dan budayawan Amerika Serikat, Gillen D'Arcy Wood, dalam bukunya "Tambora: The Eruption That Changed the World" yang terbit di tahun 2015, menuliskan letusan Tambora memberikan dampak yang menyebar ke seluruh dunia.

Dampak yang terasa yakni adanya tiga tahun perubahan iklim. Dunia semakin dingin dan pola cuaca berubah.

Perubahan itu menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan di wilayah Asia, Amerika Serikat dan Eropa.

Magnitudo letusan Tambora, berdasarkan Volcanic Explosivity Index (VEI), berada pada skala 7 dari 8, hanya kalah dari letusan Gunung Toba (Sumatera Utara), sekitar 74.000 tahun lalu, yang berada pada skala 8.

Jumlah korban tewas akibat gunung ini sedikitnya mencapai 71.000 jiwa, sebagian ahli menyebut angka 91.000 jiwa.

Sebanyak 10.000 orang tewas secara langsung akibat letusan dan sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit yang mendera.

Jumlah ini belum termasuk kematian yang terjadi di negara-negara lain, termasuk Eropa dan Amerika Serikat, yang didera bencana kelaparan akibat abu vulkanis Tambora yang menyebabkan tahun tanpa musim panas di dua benua itu.

Jika kehancuran di sekitar Tambora disebabkan terpaan awan panas, kematian massal berskala global justru disebabkan pendinginan Bumi pasca-letusan.

Total penurunan suhu bumi saat itu mencapai 0,4 sampai 0,7 derajat celsius. Dampaknya adalah kegagalan panen global.

Baca juga: Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...

Kesaksian warga

Wilayah Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Taman Nasional Gunung Tambora (Samota) akan diresmikan sebagai salah satu cagar biosfer dunia.dok Kemenpar Wilayah Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Taman Nasional Gunung Tambora (Samota) akan diresmikan sebagai salah satu cagar biosfer dunia.

Berikut ringkasan laporan kesaksian saat letusan Gunung Tambora terjadi yang disarikan dari "Transactions of the Batavian Society" Vol VIII, 1816, dan dan "The Asiatic Journal" Vol II, Desember 1816.

Sumanap (Sumenep), 10 April 1815

Sore hari tanggal 10, ledakan menjadi sangat keras, salah satu ledakan bahkan mengguncang kota, laksana tembakan meriam.

Menjelang sore keesokan harinya, atmosfer begitu tebal sehingga harus menggunakan lilin pada pukul 16.00.

Pada pukul 19.00 tanggal 11, arus air surut, disusul air deras dari teluk, menyebabkan air sungai naik hingga 4 kaki dan kemudian surut kembali dalam waktu empat menit.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus, Tewaskan 1.600 Orang

Keindahan panorama Gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu. Gunung Tambora merupakan gunung api strato (kerucut) aktif yang memiliki kawah berbentuk danau (kaldera). Letusan dahsyat Tambora pada April 1815 tercatat gemuruhnya terdengar hingga Pulau Sumatera dan dampaknya turut memengaruhi perubahan iklim saat itu.KOMPAS/IWAN SETIYAWAN Keindahan panorama Gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu. Gunung Tambora merupakan gunung api strato (kerucut) aktif yang memiliki kawah berbentuk danau (kaldera). Letusan dahsyat Tambora pada April 1815 tercatat gemuruhnya terdengar hingga Pulau Sumatera dan dampaknya turut memengaruhi perubahan iklim saat itu.

Baniowangie (Banyuwangi), 10 April 1815

Pada tanggal 10 April malam, ledakan semakin sering mengguncang bumi dan laut dengan kejamnya. Menjelang pagi, ledakan itu berkurang dan terus berkurang secara perlahan hingga akhirnya benar-benar berhenti pada tanggal 14.

Fort Marlboro (Bengkulu), 11 April 1815

Suaranya terdengar oleh beberapa orang di permukiman ini pada pagi hari tanggal 11 April 1815.

Beberapa pemimpin melaporkan adanya serangan senjata api yang terus-menerus sejak fajar merekah. Orang-orang dikirim untuk penyelidikan, tetapi tidak menemukan apa pun.

Suara yang sama juga terdengar di wilayah-wilayah Saloomah, Manna, Paddang, Moco-moco, dan wilayah lain.

Seorang asing yang tinggal di Teluk Semanco menulis, sebelum tanggal 11 April 1815 terdengar tembakan meriam sepanjang hari.

Baca juga: Keluarkan Awan Panas, Ini Letusan-Letusan Besar yang Pernah Terjadi di Merapi

Grissie (Gresik, Jawa Timur), 12 April 1815

Pukul 09.00, tidak ada cahaya pagi.

Lapisan abu tebal di teras menutupi pintu rumah di Kradenan. Pukul 11.00 terpaksa sarapan dengan cahaya lilin, burung-burung mulai berkicau mendekati siang hari.

Pukul 11.30 mulai terlihat cahaya matahari menerobos awan abu tebal. Pukul 05.00 sudah semakin terang, tetapi masih tidak bisa membaca atau menulis tanpa cahaya lilin.

Makasar, 12-15 April 1815

Pada 12-15 April udara masih tipis dan berdebu, sinar matahari pun masih terhalang. Dengan sedikit dan terkadang tidak ada angin sama sekali.

Pagi hari, 15 April, kami berlayar dari Makassar dengan sedikit angin.

Di atas laut terapung batu-batu apung, dan air pun tertutup debu. Di sepanjang pantai, pasir terlihat bercampur dengan batu-batu berwarna hitam, pohon-pohon tumbang. Perahu sangat sulit menembus Teluk Bima karena laut benar-benar tertutup.

Baca juga: China Tutup Pendakian Gunung Everest karena Virus Corona

Kisah letusan Tambora

Kaldera Gunung Tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Minggu (22/3/2015). Gunung Tambora meletus dahsyat pada 10 April 1815 menyisakan kaldera seluas 7 kilometer dengan kedalaman 1 kilometer.KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Kaldera Gunung Tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Minggu (22/3/2015). Gunung Tambora meletus dahsyat pada 10 April 1815 menyisakan kaldera seluas 7 kilometer dengan kedalaman 1 kilometer.

Masyarakat yang selamat dari letusan itu kemudian menuliskan beragam kisah, seperti "Syair Kerajaan Bima" yang ditulis oleh Khatib Lukman.

Syair yang terdiri dari 488 bait itu di antaranya memuat kisah ledakan Tambora. Kisah lain berupa narasi, didokumentasikan antara lain oleh PP Roorda van Eysinga (1841).

Seorang Arab dari Bengkulu bernama Said Idrus singgah di negeri Tambora. Apabila pada suatu hari dilihatnya seekor anjing di dalam mesjid, dia menyebutkan Sultan Kafir.

Sultan marah dan mau membalas dendam. Orang Arab itu dibuatnya memakan anjing lalu disuruh bunuh. Waktu itulah api menyala di gunung, mengejar para pembunuh di kota dan di hutan, di darat dan di laut, "sampai lautan Tambora pun menyala".

Api berkobar terus selama beberapa hari dan ribuan orang mati. Kemudian turun hujan abu, dan darat dilanda empoh laut: "sampai sekarang ini kapal boleh berlabuh di mana bekas negeri Tambora adanya".

Demikian juga daerah-daerah sekitar ditimpa malapetaka. Seluruh pulau menderita kelaparan: ada yang mati...ada yang menjual dirinya pada temannya ditukar sama padi. Sepuluh ribu orang Sumbawa lebih meninggal atau mengungsi. Ternak dan lading dibinasakan abu dan selama tiga tahun huma tidak dapat digarap.

Di Sulawesi Selatan terjadi kegelapan selama sehari semalam, "tetapi itu waktu tanah yang kurus menjadi gemuk di Bugis Mengkasar".

Beberapa waktu kemudian tiga ombak besar melanda negeri Tambora dari arah Selatan, maka tujuh kampung jadi tenggelam dan perahu dagang yang berlabuh di situ terbawa naik ke darat.

Baca juga: Viral Gunung Sumbing Disebut Mengerikan karena Tertutup Awan Bertingkat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com