Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diminta Segera Temukan Vaksin Covid-19, Para Ahli Debatkan Risiko

Kompas.com - 11/03/2020, 21:31 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Jumlah kasus infeksi virus corona masih terus bertambah di seluruh dunia, sementara vaksin atau obat yang efektif masih belum dapat dipastikan. 

Para ahli dari berbagai negara hingga hari ini masih terus berupaya untuk bisa menemukan formulasi yang pas untuk melawan virus coronya penyebab penyakit Covid-19.

Namun, para ilmuwan belum bisa menjanjikan vaksin ini akan ditemukan dalam waktu dekat. Setidaknya butuh waktu tak sebentar hingga akhirnya vaksin temuan bisa dipatenkan dan digunakan secara global.

Oleh karena itulah, para peneliti atau ahli ini banyak menerima tekanan untuk bisa menemukan vaksin tersebut dalam waktu yang lebih singkat.

Tidak ada alasan lain, ini karena virus corona terus meluas hingga hari ini dan tidak ada obat pasti yang bisa digunakan.

Baca juga: Seperti Ini Media-media Asing Beritakan Meninggalnya Pasien Covid-19 di Indonesia

Risiko pengujian cepat

Menyikapi tekanan itu, para ahlipun memperdebatkan adanya risiko yang mungkin terjadi apabila proses pengujian dipercepat.

Mereka menyebut vaksin yang ditemukan dalam waktu terburu-buru justru bisa menimbulkan peningkatan vaksin yang dapat memperburuk infeksi, bukan mencegah apalagi menyembuhkannya.

Pada umumnya para peneliti membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menguji vaksin pada hewan, sebelum akhirnya diterapkan pada manusia.

Namun, pada kondisi darurat kesehatan akibat virus corona hari ini, para ahli langsung mengujicobakannya pada sejumlah kecil manusia yang terinveksi, tanpa melalui proses uji di hewan terlebih dahulu.

"Saya mengerti betapa pentingnya mempercepat langkah pengujian vaksin ini, tapi dari semua yang saya tahu tidak seperti itu cara kerjanya," kata Dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine, dr. Peter Hotez seperti dikutip dari Reuters. 

Hotez turut mengembangkan vaksin untuk SARS pada wabah yang terjadi tahun 2003 silam dan ketika vaksin diujicobakan pada hewan, hewan yang terinfeksi justru kondisinya semakin buruk ketika diberi vaksin yang tengah dikembangkan.

Sementara hewan terinveksi yang tidak diberi vaksin justru memiliki kondisi yang lebih baik.

"Ada risiko peningkatan kekebalan tubuh. Cara untuk memperkecil risiko itu adalah diujicobakan terlebih dahulu pada tubuh hewan," ujarnya.

Baca juga: 34 Kasus Positif, 1 Meninggal, Ini Daftar 132 RS Rujukan Virus Corona Indonesia

Kemungkinan dicoba

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com