Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Seniman Musik Djaduk Ferianto...

Kompas.com - 13/11/2019, 08:59 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seniman musik Djaduk Ferianto tutup usia pada Rabu (13/11/2019) dini hari.

Seniman multitalenta asal Yogyakarta ini rencananya akan dimakamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta, Rabu (13/11/2019) sekitar pukul 15.00 WIB

Djaduk diketahui meninggal di usia 55 tahun.

Kabar duka meninggalnya Djaduk Ferianto ini mengejutkan banyak pihak.

Sebab, Djaduk masih akan dijadwalkan tampil di Ngayogjazz pada Sabtu (16/11/2019) di Godean, Yogyakarta.

Sepak Terjang

Djaduk diketahui lahir di Yogyakarta pada 19 Juli 1964 silam.

Ia adalah anak bungsu dari Bagong Kussudiarja, seorang koreografer dan pelukis senior asal Indonesia.

Djaduk juga merupakan adik Butet Kartaredjasa.

Meninggalnya Djaduk diunggah oleh Butet melalui akun Instagram-nya, @masbutet, Rabu (13/11/2019).

Ia mengunggah gambar tulisan "Sumangga Gusti" atau Silakan Tuhan berwarna putih pada latar belakang hitam.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

RIP. Djaduk Ferianto

A post shared by Butet Kartaredjasa (@masbutet) on Nov 12, 2019 at 1:21pm PST

Bakat Seni

Musikus Djaduk Ferianto di Prambanan Jazz Festival 2018, Minggu (19/8/2018).KOMPAS.com/IKA FITRIANA Musikus Djaduk Ferianto di Prambanan Jazz Festival 2018, Minggu (19/8/2018).

Diberitakan Harian Kompas (22/2/1995), bakat kesenian Djaduk sudah terlihat sejak kecil.

Hal itu dikarenakan lingkungan keluarganya yang juga menggeluti bidang tersebut.

Sang ayah, memiliki padepokan seni serta pusat latihan tari.

Djaduk merupakan jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta.

Selain aktor, Djaduk juga pernah mengisi ilustrasi musik berbagai sinetron dan film layar lebar.

Tahun 1972, Djaduk muncul dengan musik tradisonal kendang, kemudian mendirikan kelompok musik anak-anak Rheze, dan di Taman Madya Tamansiswa sekolahnya mendirikan grup musik Wathathitha.

Grup Rheze tahun 1978 keluar sebagai Juara I Lomba Musik Humor Tingkat Nasional.

Selain itu, Djaduk juga pernah mementaskan repertoar Unen-Unen di Yogya tahun 1983 dan, pada tahun 1985 bergabung dalam Teater Gandrik.

Baca juga: Mengenang Afridza Munandar, Pebalap Indonesia yang Meninggal Usai Kecelakaan di Sepang

Sinten Remen

Djaduk sesungguhnya tak cuma kuat dalam penggarapan musik kreatif berbasis instrumen perkusi tradisional, karena berkali-kali Djaduk juga berhasil tampil sebagai penghibur yang kreatif lewat berbagai karya pantomim dan gerak tari.

Berbagai pentas musik di dalam di luar negeri kemudian dijalaninya.

Akhir tahun 1994, Djaduk secara khusus mewakili pertunjukan musik kreatif Yogyakarta dalam muhibah kesenian Pemda DIY ke Perancis bersama seniman bidang lain.

Di tahun 1997, Djaduk membentuk Orkes Keroncong (OK) Sinten Remen dengan maksud ngumpulake balung pisah atau mengumpulkan kembali sanak saudara yang telah lama terpisah.

OK Sinten Remen terbentuk ketika dua grup musik keroncong binaan Djaduk yakni KPB dan Sukar Maju memutuskan untuk melebur jadi satu.

"Akhirnya kami bentuk dengan nama baru yakni OK Sinten Remen," kata Djaduk seperti dikutip dari Harian Kompas, Kamis (25/2/1999).

Bagi Djaduk, keberadaan OK Sinten Remen ini bisa betul-betul mencerminkan semangatnya untuk bisa mengumpulkan balung pisah tadi.

Selain kawan-kawan lamanya bisa menyatu dan manggung bersama lagi, lewat OK Sinten Remen itu ia juga berhasil menggandeng seorang cewek bule asal Belanda yakni Sherly Crooicnans untuk bergabung.

Selamat Berpulang Mas Djaduk...

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenang Steve Jobs, Sang Pendiri Apple

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com