Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Myanmar Pindahkan Ibu Kotanya ke Naypyidaw

Kompas.com - 07/11/2019, 05:35 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia boleh jadi berencana untuk memindahkan ibu kotanya ke tempat baru. Namun beberapa tahun sebelumnya, salah satu negara tetangga, Myanmar juga pernah memindahkan ibu kotanya.

Pada 7 November 2005, junta militer mulai memindahkan pusat pemerintahan ke Naypyidaw, sebuah daerah terpencil di dekat kota Pyinmana. Namun beberapa sumber menyebutkan, jika pemindahan ibu kota terjadi sehari sebelumnya yakni pada tanggal 6 November.

Nama Naypyidaw sendiri secara resmi diumumkan pada 27 Maret 2006 atau tepat di hari ulang tahun angkatan bersenjata Myanmar. Menurut laman New York Times, Naypyidaw memiliki arti "tempat tinggal raja".

Sejauh ini, tidak bisa dipastikan alasan mengapa Pemerintah Myanmar sepakat memindahkan ibu kotanya. Bahkan asal-usul kota ini diselimuti rumor dan spekulasi.

Laman The Guardian mengatakan, beberapa orang menyebut, pembangunan Naypyidaw sebagai proyek kesombongan Than Shwe, mantan pemimpin militer negara itu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, PBB Mengutuk Apartheid di Afrika Selatan

Mereka melihat Naypyidaw sebagai upaya oleh pemimpin junta, Jenderal Senior Than Shwe, untuk meninggalkan jejaknya pada sejarah dengan menciptakan modal baru seperti raja-raja Burma sebelumnya.

Namun beberapa orang lain melihat Naypyidaw memang diperuntukkan bagi militer. Adapun orang-orang lain percaya jika pemindahan ibu kota tersebut merupakan langkah untuk mengisolasi tentara Myanmar dari Yangon.

Tetapi, pihak militer menyebut, jika Naypyidaw dipilih karena lokasinya. Letak Naypyidaw yang berada di tengah-tengah Myanmar dinilai lebih mudah menjangkau wilayah lain di negara itu.

"Ibukota, yang merupakan pusat administrasi, harus ditempatkan dengan akses mudah ke setiap bagian negara," ucap menteri informasi Myanmar kala itu, Jenderal Kyaw Hsan.

Selain itu, menurut laman Nikkei, pemerintah junta militer Myanmar memutuskan merelokasi ibu kota karena mewaspadai gerakan pro-demokirasi yang sedang berkembang di negara itu pada tahun 2001.

Setelah itu, pemerintah setempat melakukan pembangunan yang baru selesai pada tahun 2005.

Tentang Naypyidaw

Pembangunan kota ini dimulai pada tahun 2004. Laman Britannica menyebutkan, Naypyidaw berada di lokasi terpencil dengan jarak 320 kilometer di sebelah utara Yangon.

Dengan luas total hampir tujuh kali luas Singapura atau sekitar 4.800 kilometer persegi, Naypyidaw memiliki 20 jalur jalan raya, empat lapangan golf, taman safari, kebun binatang lengkap dengan habitat penguin ber-AC, hingga sebuah pagoda spektakuler.

Tak hanya itu, infrastruktur seperti transportasi, mal, restoran, serta fasilitas penunjang lain juga telah ada. Melansir The Star, dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, penduduk kota ini tidak lebih dari seperlima Singapura.

Baca juga: Mengejek Militer Myanmar, 5 Anggota Pujangga Puisi Satir Ini Ditahan

Para penduduk disebut lebih memilih tinggal di Yangon dibanding di ibu kota baru ini. Tentu saja kondisi ini membuat Naypyidaw terlihat sepi. Bahkan beberapa media menyebutnya sebagai "kota hantu".

Sebagian besar diplomat dan bisnis asing juga masih bertempat tinggal dan beraktivitas di Yangon, meskipun pemerintah Aung San Suu Kyi mendorong kedutaan besar untuk pindah ke Naypyidaw.

Namun sejauh ini, hanya China yang telah membuka kantor penghubung di sana, sementara Amerika Serikat rencananya akan menyusul langkah China pada tahun depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com