Mengetahui hal itu, R.A. Kartini menuliskan surat kepada Nyonya J.H. Abendanon.
Baca juga: Ternyata, Haji Agus Salim Pilih Homeschooling untuk Pendidikan Anak
"Kami tertarik sekali kepada seorang anak muda ini. Kami ingin dia dikaruniai bahagia. Anak muda itu namanya Salim, ia orang Sumatera asal Riau yang dalam tahun ini mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS dan ia keluar sebagai juara. Juara pertama dari ketiga-tiga HBS.
Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter. Sayang sekali, keadaan keuangannya tidak memungkinkan. Gaji ayahnya cuma F 150 sebulan. Tanyakan pada Hasim tentang anak muda itu. Nampaknya dia seorang pemuda yang hebat yang pantas diberi bantuan," demikian penggalan isi surat Kartini, seperti dikutip dari Harian Kompas, 8 Oktober 1984.
Kartini berharap agar beasiswa atas namanya yang tidak bisa digunakannya, diberikan kepada Agus Salim.
Namun, usulan itu tidak terwujud. Agus Salim tetap tinggal di Indonesia dan menjadi tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pada usia 20 tahun, ia bekerja sebagai dragoman di Konsulat Belanda, Jeddah.
Di masa itu, seorang pribumi bekerja di staf konsulat di luar negeri adalah hal yang langka.
Di akhir tahun 1920-an, Agus Salim kembali ke Kampung Gedang dan membuka HIS partikulir, seperti dituliskan Emil Salim dalam artikel "Paatje, 111 Tahun" yang dimuat di Harian Kompas, 1 Oktober 1995.
Karirnya sebagai wartawan dimulai di sekitar usia 30 tahun. Ia bahkan menjadi pemimpin surat kabar Sadar.
Dalam usia 35 tahun, Agus Salim mengikuti Kongres Sarekat Islam Nasional di Surabaya.
Keikutsertaannya dalam kongres tersebut menandakan awal karirnya dalam gerakan politik.
Ia menjadi anggota Volksraad pada usia 37 tahun, dan untuk pertama kali, ia memperkenalkan bahasa Indonesia dalam Dewan Rakyat.
Tidak lama kemudian ia keluar dari Volksraad, karena menyertai gerakan politik nonkoperasi.
Di usia 43 tahun, Haji Agus Salim menggalang kekuatan Islam bersama Tjokroaminoto di bawah bendera Sarekat Islam (SI).
Baca juga: 5 Cara Haji Agus Salim Menjalankan Homeschooling bagi Anak-anaknya
Sejarah mencatat, Tjokro-Agus merupakan dua sejoli alias dwi-tunggal dalam pimpinan partai Sarekat Islam.