Kekecewaan itu juga dituangkan di media sosial.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Aditya Perdana mengatakan, mengingat dinamika pemilu lalu, dinamika yang terjadi sekarang menjadi kekecewaan bersama.
"Itu kekecewaan kita bersama. Melihat situasi pemilu yang kemarin enggak enak, rasa persaudaraan yang bergeser, terlalu terbelah kemudian ujungnya sifat politik yang seperti ini," kata Aditya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/10/2019).
Menurut dia, bergabungnya Prabowo ke kubu Jokowi bisa saja meningkatkan apatisme masyarakat terhadap politik.
Aditya mengingatkan, realita politik ini menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk tidak fanatik dalam mendukung calon pilihannya.
"Tidak usah berlebihan, akhirnya kita akan bisa paham bahwa fanatisme itu hanya berujung kompromi dan tidak kemudian mampu menyuarakan apa yang diinginkan kelompok tersebut," ujar Ketua Pusat Kajian Politik FISIP UI ini.
Semakin rampingnya oposisi saat ini, maka publik harus aktif menjadi pihak pengontrol kinerja pemerintah.
Baca juga: Ketua DPP PAN: Enggak Kebayang Prabowo Nanti Rapat dengan Komisi I
"Kita dorong sama-sama masyarakat untuk selalu kritis terhadap pemerintah, karena memang satu-satunya cara untuk menjaga demokrasi kita, check and balances itu ada di publik, fungsi kontrol," kata Aditya.
Meski demikian, Aditya meyakini masyarakat Indonesia saat ini sudah terbuka wawasannya mengenai politik.
"Tapi melihat sisi yang lain, publik saat ini memiliki tingkat partisipasi atau kesadaran politik yang relatif baik," kata Aditya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.