Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Adakah Pemilu yang Jurdil?

Niscaya ada pihak yang merasa tidak puas terhadap hasil pemilu, termasuk yang diselenggarakan pada 2024. Terbukti banyak pihak turun ke jalan untuk unjuk rasa tidak puas terhadap hasil pemilu.

Bahkan ada yang menggugat hasil pemilu ke lembaga yudikatif tertinggi di negeri kita, yaitu Mahkamah Konstitusi, maupun ke lembaga legislatif tertinggi, yaitu DPR yang sebenarnya lebih layak disebut sebagai DPP sebagai akronim Dewan Perwakilan Parpol.

Segenap indikasi beraroma kurang sedap itu memicu pertanyaan mendasar, yaitu adakah pemilu yang jurdil alias jujur dan adil.

Pertanyaan adakah pemilu yang judul pada hakikatnya setara sulit dijawab dengan pertanyaan adakah vonis hakim yang adil.

Pada kenyataan memang lazimnya vonis hakim dianggap adil hanya terbatas oleh pihak yang merasa diuntungkan sambil niscaya dianggap tidak adil oleh pihak yang merasa dirugikan.

Secara kearifan falsafahiah dapat disepakati bahwa pada hakikatnya rasa kecewa adalah nisbi akibat lebih subyektif ketimbang obyektif melekat pada situasi-kondisi yang hadir pada apa yang disebut sebagai idealisme dalam bentuk harapan.

Selama ada harapan, maka ada risiko kecewa terutama apabila sang harapan tidak terwujud menjadi kenyataan.

Menurut pemahaman Buddhisme kemelekatan justru merupakan sumber utama penderitaan berupa perasaan tidak bahagia termasuk perasaan kecewa, tidak puas dan sejenisnya.

Manusia yang merasa bahagia adalah yang mampu melepaskan diri dari segenap kemelekatan pada apapun yang tergolong keduniawian.

Kembali ke tema pertanyaan adakah pemilu yang jurdil, pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa akibat manusia mustahil sempurna, maka selama pemilu diselenggarakan oleh manusia, maka dapat dipertanyakan tentang apakah sebenarnya absurd untuk mengharapkan ada pemilu yang sempurna jurdil.

Selama manusia masih mustahil sempurna dan pemilu masih diselenggarakan oleh manusia yang mustahil sempurna, maka serta merta dengan sendirinya mustahil ada kemanusiaan yang adil dan beradab, mustahil ada keputusan hakim yang sempurna adil, mustahil ada pemilu yang sempurna jujur dan adil.

Sampai di sini, pembicaraan potensial memicu kesan bahwa idealisme merupakan kemustahilan yang absurd bersuasana konyol seperti katak merindukan rembulan.

Mungkin kesan ini benar, namun sekaligus mungkin juga keliru karena rawan menyesatkan umat manusia ke sikap pesimistis, bahkan nihilis plus fatalis.

Secara kelirumologis dapat diyakini bahwa kesadaran manusia mustahil sempurna justru merupakan energi yang menggerakkan mekanisme semesta peradaban di mana kesadaran manusia bahwa dirinya mustahil sempurna justru merupakan cambuk semangat akhlak untuk senantiasa berkelanjutan terus menerus gigih berjuang bukan menjauhi, namun malah mendekati kesempurnaan selama hayat masih dikandung badan.

Maka atas kecurigaan bahwa tidak ada pemilu yang benar-benar jurdil, justru bangsa Indonesia wajib terus gigih berjuang berkelanjutan tanpa henti untuk rawe rawe rantas malang malang putung maju tak gentar menyelenggarakan pemilu yang lebih jujur dan lebih adil ketimbang pemilu yang sudah berlalu. MERDEKA!

https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/05/212019265/adakah-pemilu-yang-jurdil

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke