Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pintar Sembunyikan Perasaan, AI Kini Bisa Ungkap Rasa Sakit yang Diderita Kucing

KOMPAS.com - Kucing rumahan adalah spesies yang cenderung tertutup dan ahli dalam menutupi perasaan maupun niat terselubung.

Sikap ini kerap menyulitkan pemilik kucing dan dokter hewan untuk membaca tanda-tanda rasa sakit pada ekspresi wajah dan perilakunya.

Namun, sebuah program kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) terbaru dengan akurasi hingga 77 persen mungkin dapat membantu mengintip di balik topeng datar si kucing.

Penelitian terkait alat terbaru ini dipimpin oleh Marcelo Feighelstein dari Universitas Haifa Israel, serta Lea Henze dari Universitas Kedokteran Hewan Hannover di Jerman.

Sementara itu, Anna Zamansky, seorang ilmuwan komputer di Universitas Haifa, serta Holger Volk dari Universitas Kedokteran Hewan Hannover, merupakan rekan penulis senior dalam penelitian ini.

AI baca rasa sakit dari ekspresi kucing

Dilansir dari Scientific American, Jumat (8/12/2023), penelitian menilai apakah kucing yang dirawat merupakan kucing sehat atau mengalami rasa sakit berdasarkan ekspresi wajahnya.

Zamansky mengatakan, para peneliti berencana mengembangkan aplikasi seluler yang memungkinkan dokter hewan dan pemilik kucing mengambil foto untuk mendeteksi rasa sakit secara otomatis.

Meski pengembang AI lain telah mencoba mengungkap rahasia emosi kucing, menurut Zamansky, penelitian ini merupakan pertama kalinya yang terbit dan ditinjau oleh rekan sejawat.

Saat ini, dokter hewan mengukur rasa nyeri kucing menggunakan tes kompleks, seperti Glasgow Composite Measure Pain Scale, yang memerlukan pemeriksaan ekspresi wajah dan perilaku hewan.

Kendati tervalidasi secara ilmiah, metode tersebut bergantung pada penilaian subyektif dokter hewan dan sangat memakan waktu.

"Kami yakin mesin ini akan bekerja lebih baik. Mesin ini dapat melihat lebih dari sekadar mata telanjang manusia karena sensitif terhadap detail halus informasi visual," kata Zamansky.

Untuk mengembangkan alat model terbaru ini, peneliti memeriksa 84 foto kucing dari berbagai ras dan usia dengan riwayat kesehatan berbeda-beda.

Foto kucing diambil dari rumah sakit hewan Universitas Kedokteran Hewan Hannover di Jerman sebagai bagian dari perawatan standar.

Kucing-kucing dalam gambar telah dinilai berdasarkan skala Glasgow dengan tingkat rasa sakit yang diharapkan dari kondisi klinis mereka, misalnya patah tulang atau masalah saluran kemih.

Pengukuran ini digunakan untuk melatih model AI terbaru buatan tim dan mengevaluasi kinerjanya.

Para penulis pun menegaskan, tidak ada proses penelitian yang menimbulkan penderitaan maupun rasa sakit pada kucing.

Masih dari Scientific American, Jumat, para peneliti menciptakan dua algoritma pembelajaran mesin yang dapat mendeteksi rasa sakit hanya berdasarkan foto kucing.

Salah satu algoritma mengamati jumlah kontraksi otot wajah sebagai indikator nyeri umum, dengan menggunakan 48 "landmark" yang melibatkan telinga, mata, dan mulut.

Algoritma lain menggunakan metode pembelajaran mendalam untuk data tidak terstruktur, dengan tujuan menganalisis seluruh wajah guna mengetahui kontraksi otot dan pola lainnya.

Hasilnya, pendekatan AI berbasis landmark memiliki akurasi hingga 77 persen dalam mengidentifikasi apakah kucing kesakitan.

Namun, pendekatan pembelajaran mendalam memberikan akurasi lebih sedikit, hanya sebesar 65 persen.

Para peneliti mengatakan, perbedaan akurasi mungkin berasal dari sistem pembelajaran mendalam yang "haus data".

Sebab, dalam penelitian ini, hanya tersedia kumpulan data gambar ekspresi wajah kucing yang relatif kecil.

Para peneliti juga menemukan bahwa mulut kucing, bukan telinga atau mata, adalah fitur wajah yang paling penting dalam mengenali rasa sakit secara akurat.

Kendati demikian, psikolog Jerman dengan latar belakang ilmu emosi yang tak terlibat dalam penelitian, Dennis Kuster mengatakan, penting untuk membedakan antara ekspresi wajah dan emosi.

Pengujian pada manusia menunjukkan, AI cenderung mengenali pola wajah tetapi belum tentu mengetahui makna di baliknya.

Apalagi, ekspresi wajah mungkin tidak selalu dikaitkan dengan emosi tertentu.

"Contoh terbaik adalah senyuman sosial. Jadi saya mungkin tersenyum sekarang, tapi mungkin saya hanya ingin bersikap ramah," ungkap Kuster.

"Kita mengekspresikan hal-hal tertentu secara otomatis, dan itu tidak berarti bahwa kita dipenuhi dengan kebahagiaan," lanjutnya.

Namun demikian, dia menambahkan, ada beberapa konteks di mana AI mungkin dapat unggul dalam pengenalan emosi.

Aplikasi deteksi rasa sakit pada kucing

Sebelumnya, sebuah perusahaan teknologi bersama universitas di Tokyo, Jepang telah bekerja sama untuk menghasilkan aplikasi pembaca rasa sakit melalui foto kucing.

Dilansir dari The Japan Times, Selasa (4/7/2023), aplikasi bernama "Cat Pain Detector" ini bukan hanya digunakan di Jepang, tetapi juga Eropa dan Amerika Selatan.

Kepala pengembang Carelogy, Go Sakioka mengatakan, aplikasi ini adalah bagian dari rangkaian teknologi yang terus berkembang bagi pemilik hewan peliharaan.

Bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Bioresource Universitas Nihon, Carelogy mengumpulkan 6.000 foto kucing untuk mempelajari ekspresi, mulai dari telinga, hidung, kumis, dan kelopak mata.

Mereka kemudian menggunakan sistem penilaian hasil rancangan Universitas Montreal, Kanada, untuk mengukur perbedaan kecil antara kucing sehat dan kucing yang kesakitan.

"Kami ingin membantu pemilik kucing menilai dengan lebih mudah di rumah apakah perlu menemui dokter hewan atau tidak," kata Sakioka.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/14/100000365/pintar-sembunyikan-perasaan-ai-kini-bisa-ungkap-rasa-sakit-yang-diderita

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke