Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kadar Oksigen Bumi Bisa Turun Drastis dan Jadi Akhir Perjalanan Manusia, Kapan Terjadi?

KOMPAS.com - Oksigen adalah salah satu komponen terpenting yang menunjang kehidupan makhluk di permukaan Bumi.

Saat ini, kadar oksigen tercatat sekitar 21 persen dari total udara yang memenuhi atmosfer Bumi.

Kadar ini cukup untuk manusia, hewan, serta tumbuhan agar tetap hidup, tanpa perlu takut tercekik karena kekurangan atau terjadi ledakan akibat oksigen yang terlalu banyak.

Namun, dilansir dari laman Science Alert, Jumat (17/11/2023), sebuah studi baru menemukan, penurunan oksigen di atmosfer Bumi secara ekstrem dapat terjadi suatu hari nanti.

Keekstreman turunnya kadar oksigen tersebut bahkan dapat mencekik sebagian besar makhluk Bumi.

Lantas, kapan hal itu akan terjadi?

Oksigen bukan benda permanen

Penurunan kadar oksigen secara ekstrem dapat membawa Bumi kembali ke kondisi yang sama seperti sebelum peristiwa yang bernama Oksigenasi Besar atau Great Oxygenation Event (GOE).

Studi yang terbit dalam Nature Geoscience pada Maret 2021 mengatakan, peristiwa tersebut menurut teori telah berlangsung sekitar 2,4 miliar tahun lalu.

Jika teori ini terbukti benar, maka kadar oksigen di atmosfer Bumi akan menurun drastis, sehingga memungkinkan lebih banyak gas metana memenuhi atmosfer.

"Atmosfer setelah deoksigenasi besar-besaran ditandai dengan peningkatan metana, rendahnya tingkat CO2 (karbondioksida), dan tidak adanya lapisan ozon," ujar salah satu penulis studi, Kazumi Ozaki.

"Sistem Bumi mungkin akan menjadi dunia dengan bentuk kehidupan anaerobik (organisme yang tak butuh oksigen)," lanjut ilmuwan lingkungan dari Universitas Toho, Jepang itu.

Para peneliti di balik studi ini mengatakan, oksigen di atmosfer tidak mungkin menjadi benda permanen di dunia yang layak huni seperti Bumi.

Dan hal inilah yang dapat menjadi pemicu upaya manusia untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan di alam semesta selain Bumi.

Studi memproyeksikan, deoksigenasi dengan penurunan oksigen secara tajam di atmosfer kemungkinan akan dipicu sebelum kondisi rumah kaca yang lembap dalam sistem iklim Bumi dimulai.

Saat itu tiba, Bumi akan menjadi akhir perjalanan bagi umat manusia dan sebagian besar makhluk hidup lain yang bergantung pada oksigen.

Hal tersebut tentu akan mengubah kehidupan di Bumi menjadi jauh lebih kecil dan menyebabkan banyak makhluk hidup di planet ini mati karena lemas.

Dikutip dari laman BGR, Sabtu (18/11/2023), untuk mencapai kesimpulan tersebut, para peneliti menjalankan model biosfer Bumi secara terperinci.

Mereka memperhitungkan perubahan kecerahan Matahari dan penurunan tingkat karbon dioksida seiring dengan pemecahan gas akibat meningkatnya suhu atau panas.

Lebih sedikit karbon dioksida menandakan lebih sedikit makhluk hidup yang melakukan fotosintesis seperti tanaman. Imbasnya, lebih sedikit pula oksigen yang dihasilkan.

"Penurunan oksigen sangat sangat ekstrem," kata penulis studi dan ilmuwan Bumi dari Institut Teknologi Georgia, Amerika Serikat, Chris Reinhard.

"Kita berbicara tentang jumlah oksigen yang satu juta kali lebih sedikit dibandingkan yang ada saat ini," sambungnya.

Sementara itu, menurut Ozaki, Bumi yang kaya akan oksigen hanya akan bertahan selama 20-30 persen dari umur Bumi secara keseluruhan.

Namun, bertahun-tahun setelah makhluk hidup seperti manusia dan hewan "punah", kehidupan mikroba anaerobik mungkin akan terus berlanjut.

Untungnya, manusia perlu menunggu beberapa miliar tahun lagi untuk melihat teori tersebut benar terjadi.

Meski bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan dalam kehidupan saat ini, fenomena berkurangnya oksigen tetap tampak sangat menyeramkan jika benar-benar terjadi.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/27/203000465/kadar-oksigen-bumi-bisa-turun-drastis-dan-jadi-akhir-perjalanan-manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke