KOMPAS.com - Fatamorgana (mirage), dalam istilah optik, adalah penampakan suatu benda yang menipu, disebabkan oleh pembiasan pada lapisan udara.
Sering kali orang-orang menganggap fatamorgana adalah ilusi optik. Faktanya, itu tidak sepenuhnya benar.
Fatamorgana bukan sekedar ilusi optik, melainkan gambaran benda nyata, bahkan dapat difoto. Kadang, fatamorgana merupakan gambar yang terdistorsi, dan mudah disalahartikan.
Misalnya, di gurun pasir, fatamorgana yang memantulkan langit sering disalahartikan sebagai genangan air atau oasis.
Proses terjadinya fatamorgana
Fatamorgana terjadi ketika gelombang cahaya merambat melalui udara dengan kepadatan berbeda.
Dikutip dari laman Scientific American, Fatamorgana (mirage) adalah akibat langsung dari foton yang mengambil jalur waktu minimum dalam gradien suhu vertikal.
Kondisi ideal untuk terjadinya fatamorgana adalah udara pada hari yang panas dan cerah di atas permukaan datar yang akan menyerap energi matahari dan menjadi cukup panas.
Ketika kondisi ini terjadi, udara yang paling dekat dengan permukaan akan menjadi paling panas dan paling tidak padat, serta kepadatan udara secara bertahap meningkat seiring dengan ketinggian.
Foton yang masuk, kemudian mengambil jalur melengkung dari langit menuju mata pengamat.
Ketika cahaya merambat melalui bahan yang sama, biasanya ia bergerak lurus. Namun, saat bertemu bahan yang berbeda, cahaya akan belok ke arah kepadatan yang lebih tinggi.
Fatamorgana berasal dari fakta bahwa elektrodinamika kuantum tidak intuitif dan otak manusia berasumsi bahwa cahaya merambat dalam garis lurus.
Orang yang melihat, katakanlah, jalan di depan pada siang hari yang panas dan tenang akan melihat langit karena foton dari langit mengambil jalur melengkung sehingga meminimalkan waktu yang dibutuhkan.
Otak menafsirkan ini sebagai air di jalan, karena pada dasarnya air akan memantulkan cahaya dari langit dengan cara yang sama seperti gradien suhu vertikal.
Dilansir dari laman Live Science, berikut ini adalah dua jenis fatamorgana:
1. Fatamorgana superior
Jenis ini umum terjadi di musim semi dan panas, ketika suhu laut jauh lebih dingin dibandingkan udara panas di musim panas.
Udara yang paling dekat dengan air lebih dingin daripada udara di atasnya. Hal ini menciptakan gradien suhu dan kepadatan.
Kemudian menyebabkan cahaya yang dipantulkan oleh suatu benda – seperti kapal, gunung es, atau pulau di dekatnya – membelok.
Cahaya yang membelok ke arah udara yang lebih dingin di permukaan laut menciptakan fatamorgana. Hal ini menyebabkan objek tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya.
Itu karena mata Anda mengharapkan cahaya merambat dalam garis lurus, sehingga mata menafsirkan objek berada di tempat yang berbeda karena cahaya yang dibelokkan.
Penampakan Flying Dutchman, si kapal Hantu, juga diduga merupakan salah satu fenomena fatamorgana.
2. Fatamorgana inferior
Jenis ini umumnya terjadi di gurun atau di jalanan yang panas, ketika permukaan dan udara di sekitarnya lebih hangat dibandingkan udara di atasnya.
Saat melihat fatamorgana ini, Ansa biasanya berada di atas lapisan udara terhangat, kemudian cahaya yang datang dari atas dibelokkan menuju udara yang lebih dingin.
Karena mata mengantisipasi bahwa cahaya akan bergerak dalam garis lurus, maka mata menafsirkan gambar menjadi lebih rendah dan terbalik.
Dan terciptalah gambaran langit yang bisa tampak seperti permukaan air di dasar gurun.
Dalam kedua kasus tersebut, fatamorgana dapat terlihat sangat bergantung pada posisi dan sudut penerimaan.
Perubahan kecil pada posisi Anda, dapat menyebabkan fenomena fatamorgana menghilang.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/29/171500065/bagaimana-fenomena-fatamorgana-bisa-terjadi-ini-penjelasannya