Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Cacing di Kuku Kotor, Apa Bahayanya?

KOMPAS.com - Media sosial Twitter (X) baru-baru ini diramaikan oleh curhatan warganet mengenai cacing di kuku yang kotor.

Bahkan ada yang mengunggah video berisikan cacing yang bergerak-gerak di dalam kuku kotor tersebut.

Warganet menduga kuku yang kotor tersebut dikarenakan oleh debu.

Berikut sejumlah unggahan warganet soal cacing di kuku kotor:

“Kuku kotor banyak cacing,” tulis akun @Mardi***, Minggu (17/9/2023).

“Gua lebih bingung kenapa kukunya bisa sampe kotor begitu? Lu gk cuci tangan kah? Gk potong kuku?” tanya @caris***, Senin (18/9/2023).

“Kyknyaa debu lgi bnyk bgt ya. Tiap dari kampus, kuku kotor bgini,” tulis @inm****, Jumat (15/9/2023).

Lantas, benarkah ada cacing di kuku kotor?

Penjelasan dokter

Dokter spesialis kulit dan kelamin RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Ismiralda Oke Putranti membenarkan bahwa kuku yang kotor bisa menyimpan cacing berukuran mikroskopik.

“Prinsipnya sih, kuku yang kotor bisa mengandung banyak macam sumber penyakit mulai dari bakteri, jamur, virus maupun parasit termasuk telur cacing,” ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (19/9/2023).

Menurut Ismiralda, biasanya cacing yang ada di kuku kotor merupakan jenis cacing kremi.

“Kalau habis garuk-garuk pantat yang ada cacing kreminya ya bisa cacingnya masuk ke kuku,” tuturnya.

Selain itu, debu yang menumpuk di kuku juga mengandung sejumlah bakteri, jamur, atau mikroba lainnya.

Telur-telur cacing yang ikut tertelan manusia akan menghasilkan larva infektif yang kemudian menyebabkan masalah kesehatan jika tertelan.

“Jika tidak cuci tangan dan langsung makan, telur cacing itu akan ikut terbawa masuk ke usus dan menjadi dewasa di sana,” jelasnya.

Kemudian, cacing tersebut akan menyerap sari-sari makanan yang seharusnya diserap oleh tubuh manusia.

“Cacing dewasa di usus juga nanti akan berkembang biak, bertelur, dan telurnya ini akan ikut keluar melalui tinja,” terangnya.

Sehingga jika seseorang yang tidak menerapkan pola hidup bersih, telur cacing itu akan masuk kembali ke dalam tubuh melalui mulut.

“Kalau yang punya kebiasaan jelek tidak mencuci tangan setelah cebok atau suka menggaruk pantat, telur yang mungkin masuk ke kuku akan ikut tertelan pada saat makan. Siklusnya akan berputar seperti itu lagi,” ungkapnya.

Sebabkan sejumlah penyakit

Cacing kremi yang hidup di sistem pencernaan, akan menyebabkan sejumlah masalah kesehatan atau penyakit seperti kekurangan gizi dan anemia (kurang darah).

“Bisa juga sebabkan diare, mual, sakit perut,” tuturnya.

Selain itu, kuku kotor juga bisa menyebabkan penyakit infeksi yang menular sesuai dengan bakteri atau mikroba yang mengontaminasinya.

“Bisa muncul gejala klinis berat atau komplikasi, seperti pneumonia (radang paru-paru),” ucapnya.

Tindakan pencegahan

Untuk mencegah kuku kotor yang kemudian menyebabkan munculnya penyakit, bisa dengan menerapkan pola hidup sehat, antara lain:

  • Rajin membersihkan kuku
  • Rutin mencuci tangan, terutama sebelum makan
  • Tidak menggigit-gigit kuku
  • Rutin memotong kuku agar selalu pendek
  • Hindari menggaruk pantat.

Selain itu, saat ini juga ada obat cacing yang bisa dibeli bebas untuk mencegah dan mengatasi masalah cacingan.

“Pada anak sekolah setiap enam bulan sekali memang harus minum obat cacing untuk pencegahan penyakit kecacingan,” ungkapnya.

Namun jika muncul penyakit berat karena kebiasan memiliki kuku kotor, disegerakan untuk periksa ke dokter.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/02/093000465/ramai-soal-cacing-di-kuku-kotor-apa-bahayanya-

Terkini Lainnya

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke