Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Keuntungan dan Kelemahan Emoji

Dikutip dari Penn State University Libraries USA, emoji pertama kali ditemukan Kurita pada 1997. Karya uniknya itu saat ini telah berkembang, menjadi bahasa digital. Jauh melampaui simbol-simbol sederhana yang awalnya ia perkenalkan.

Fenomena emoji ini sangat unik sekaligus spektakuler, karena sanggup menggantikan kata-kata, bahkan kalimat panjang dalam komunikasi digital. Lebih dari itu emoji sanggup merepresentasikan perasaan individu, bahkan komunitas grup.

Saya tertarik menjadikan topik ini sebagai bahan ajar dan bahan telaah di Pusat Studi Cyberlaw dan Transformasi Digital Fakultas Hukum UNPAD, mengingat emoji justru telah memasuki ranah hukum.

Materi ini saya bagikan juga ke pembaca Kompas.com untuk manfaat lebih luas. Pembahasan kasus-kasus di pengadilan akan saya bahas secara khusus pada artikel selanjutnya.

Sebagaimana dilansir USA Today (17/7/2023), dalam komunikasi digital hampir tidak ada teks tanpa emoji. Data menunjukan, secara kolektif lebih dari 10 miliar emoji dibagikan setiap hari.

Sementara itu, menurut Konsorsium UNICODE, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang standarisasi di berbagai perangkat, ada sebanyak 92 persen netizen menggunakan emoji (Pumble: "Statistics on emoji use in business communication for 2023").

Lalu emoji apa yang paling top di dunia tahun ini? Pada 2023 emoji "Wajah dengan air mata bahagia" (Face with Tears of Joy) dinobatkan sebagai juaranya sebagai emoji paling top di dunia.

Peringkat berikutnya disusul emoji "Tertawa sambil berguling-guling di lantai" (Rolling on the Floor Laughing) di nomor dua, dan di nomor tiga diduduki emoji "Red Heart".

Sejarah

Emoji berasal dari bahasa Jepang "e" yang bermakna gambar, dan "moji" yang bermakna karakter adalah piktograf wajah, objek, dan simbol yang tersedia pada platform digital.

Kurita sangat memahami karakter simpel orang Jepang, sehingga ia mendesain emoji hanya berukuran 12 piksel kali 12 piksel.

Sebelum maraknya emoji, jagat digital memang telah mengenal simbol-simbol yang dikenal dengan emoticon. Lalu apa perbedaan antara emoji dan emoticon?

Kita bisa merujuk pada referensi Britannica dengan judul “What’s the Difference Between Emoji and Emoticons?"

Merujuk Britanica, Emoticon adalah tanda baca, huruf, dan angka yang digunakan untuk membuat ikon bergambar yang umumnya menampilkan emosi atau sentimen.

Sejarah menunjukan emoticon muncul, setelah ada lelucon yang salah di Universitas Carnegie Mellon pada 1982.

Saat itu terjadi lelucon tentang tumpahan merkuri palsu yang di-posting ke papan pesan online, dan membuat universitas saat itu menjadi riuh.

Karena kekacauan ini, Dr. Scott E. Fahlman, menyarankan agar lelucon dan bukan lelucon ditandai oleh dua set karakter yang sekarang kita kenali sebagai emoticon standar, yaitu wajah tersenyum :-) dan wajah cemberut :-(. Setelah itu, emoticon menjadi populer di kalangan pengguna Internet.

Kesimpulannhya, secara sederhana bahwa simbol wajah tersenyum berisi karakter yang ditemukan di keyboard komputer itu adalah emoticon. Sedangkan gambar kartun kecil yang tidak dibatasi tanda baca, angka, dan huruf, itulah emoji.

Keuntungan dan kelemahan

Dalam laporan survei Pumble, dinyatakan bahwa kemampuan memantau kondisi kenyamanan emosional tim jarak jauh melalui emoji, dapat membantu mencegah kelelahan karyawan. Hal ini tentu menunjukan keuntungan dan manfaat emoji.

Dijelaskan juga bahwa menurut penelitian yang dilakukan di University of Michigan, para pemimpin dapat menggunakan emoji sebagai representasi perasaan karyawannya.

Oleh karena itu, simbol-simbol ini dapat digunakan untuk mengukur “temperatur emosi” secara kolektif dengan lebih efektif, dibanding panggilan video.

Melacak kondisi mental pekerja jarak jauh dengan cara emoji dapat mengurangi stres, yang pada gilirannya akan menghasilkan lingkungan kerja lebih positif.

Namun demikian, analisis survei Pumble juga menunjukan ada kelemahan penggunaan emoji. Meskipun belum banyak diteliti dibandingkan kelebihannya.

Referensi laporan agak lama dari Adobe tahun 2019, tetapi masih dianggap relevan, menunjukkan beberapa kelemahan umum penggunaan emoji, yang mungkin dialami di tempat kerja.

Dari 1.000 responden survei Adobe, 60 persen mengatakan emoji dapat dibaca sebagai sesuatu yang impersonal dan umum. Sementara 59 persen mengaku telah dikirimi emoji yang tidak sesuai dengan emosi yang ingin disampaikan oleh pengirim.

Selanjutnya yang istimewa adalah ada 57 persen responden menganggap emoji bisa terlihat tidak tulus. Selanjutnya 56 persen responden percaya emoji bisa lebih inklusif, dan 53 persen telah mengirimkan emoji yang disalahartikan atau dimanfaatkan orang lain di luar konteks.

Hal yang menarik juga ada 35 persen responden menyatakan telah mengirim emoji yang kemudian mereka sesali karena telah mengirimkannya. Saya kira mungkin banyak di antara kita yang pernah termasuk ke dalam kriteria 35 persen ini.

Hal ini bisa terjadi karena salah menafsirkan situasi, salah membaca makna ekspresi lawan perpesanan, adanya komentar lain dari anggota grup yang membuat tafsir makna melenceng, atau karena kesalahan kita memilih emoji, mungkin karena tidak cukup memahami arti dari pembuatnya.

Kesimpulannya, meskipun emoji menawarkan banyak manfaat, survei ini mengingatkan agar kita lebih berhati-hati saat menggunakan emoji. Hal ini tidak lain untuk menghindari kesalahpahaman.

Oleh karena itu mari gunakan emoji untuk ekosistem digital penuh sukacita, suasana kerja yang lebih baik, tanpa memicu kegaduhan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/21/143809965/keuntungan-dan-kelemahan-emoji

Terkini Lainnya

Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

Tren
Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke