Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sosok Sosrokartono, Peraih Gelar Sarjana Pertama di Indonesia

KOMPAS.com - Pendidikan di Indonesia memiliki perjalanan yang panjang. Salah satunya terkait gelar sarjana.

Gelar sarjana adalah sebutan kehormatan yang diberikan perguruan tinggi kepada mahasiswanya setelah lulus dari bidang studi tertentu.

Hingga saat ini, gelar sarjana masih digunakan dan diberikan bagi mahasiswa yang berhasil menyelesaikan sebuah program studi.

Peraih gelar sarjana pertama di Indonesia adalah Raden Mas Panji Sosrokartono.

Dia tidak lain adalah kakak kandung dari pahlawan Raden Ajeng (RA) Kartini.

Profil Sosrokartono, sarjana pertama di Indonesia

Raden Mas Panji Sosrokartono merupakan putra ketiga dari delapan bersaudara pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah.

Dikutip dari Thesis Raden Mas Panji Sosrokartono dan Morality Education di Indonesia karya Minanur Rohman Mahrus Maulana (2017), Sosrokartono lahir di Mayong, Jepara pada 10 April 1877.

Sosrokartono memiliki nama asli Raden Mas Kartono. Dia mengubah nama aslinya menjadi Raden Mas Panji Kartono pada 1908, tepat setelah menyelesaikan studi sarjananya.

Kartono, begitu dia akrab disapa, menjadi orang pertama yang mendapat gelar sarjana di Indonesia.

Sosrokartono mendapat gelar Doktorandus dari Universitas Leiden Belanda.

Riwayat pendidikan Sosrokartono

Sebelum meraih gelar sarjananya, Sosrokartono memulai pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) di Jepara.

Setelah lulus, dia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS) di Semarang. Studinya itu berhasil diselesaikan pada 1897.

Selanjutnya, Sosrokartono melanjutkan pendidikan di kota Delft (Belanda), tepatnya di Sekolah Teknik Tinggi sebelum akhirnya menempuh pendidikan di Fakultas Sastra Timur di Universitas Leiden.

Studi tingkat lanjutnya itu selesai pada 1908.

Sosrokartono menjadi mahasiswa pertama dari suku Jawa yang bersekolah di Universitas Leiden, Belanda.

Dia lulus dengan gelar Docterandus in de Oostersche Talen dan mendapat predikat summa cumlaude.

Simbol kebangkutan intelektual Jawa

Menjadi orang pertama yang meraih gelar sarjana di Indonesia dan satu-satunya orang Jawa yang bersekolah di Belanda, Sosrokartono menjadi simbol kebangkitan intelektual masyarakat Jawa.

Dia juga menguasai 37 bahasa, 17 di antaranya adalah Bahasa Eropa, 9 merupakan bahasa timur, dan 11 bahasa daerah.

Sosrokartono memang tumbuh dari keluarga dengan latar belakang yang sangat menghargai pendidikan.

Dia mewarisi sifat, bakat, dan kecerdasan dari kakeknya, Pangeran Aryo Tjondronegoro IV yang diangkat menjadi bupati pada usia 25 tahun.

Berkarier sebagai wartawan

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Sosrokartono pernah menjadi wartawan perang koran New York, The New York Herald Tribune.

Dia dianugerahi pangkat mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat sebagai upaya memperlancar tugasnya sebagai wartawan.

Dilansir dari Kompas.com (4/9/2023), salah satu karya paling fenomenalnya saat menjadi wartawan adalah hasil liputan perundingan damai antara Perancis dan Jerman di Perang Dunia I.

Saat berlangsung perundingan yang sangat rahasia dan dijaga ketat itu, Sosrokartono berhasil meliput momen dengan cermat dan akurat sehingga membuatnya sangat populer.

Setelah Perang Dunia I berakhir, Sosrokartono memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai wartawan dan beralih menjadi alih bahasa.

Dia kemudian menjadi penerjemah di Wina (Austria), Kedutaan Besar Perancis di Den Haag dan Liga Bangsa-Bangsa di Jenewa.

Kembali ke Indoneia

Kecintaannya kepada Indonesia membuat Sosrokartono memutuskan untuk kembali ke Tanah Air.

Di Indonesia, dia bertemua dengan Ki Hadjar Dewantara dan dipercaya mengurus Nationale Middelbare School di Bandung.

Dilansir dari Kompas.com (26/2/2022), Sosrokartono pada akhirnya memutuskan untuk berhenti mengajar dan menjalani kehidupan spiritual.

Dia memiliki beberapa wejangan terkait hal keduniawian yang disebut sebagai "Ilmu Kantong Bolong".

Sejumlah wejangannya antara lain sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, dan menang tanpa ngasorake (kaya tanpa harta, sakti tanpa azimat, menyerbu tanpa pasukan, dan menang tanpa merendahkan).

Ada pula ajaran "Alif" sebagai pusat kekuatan ilahi dalam sebuah laku spiritual untuk menebar cinta dan nilai-nilai kemanusiaan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/06/173000265/sosok-sosrokartono-peraih-gelar-sarjana-pertama-di-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke