Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misteri Benda Bercahaya yang Melintas di Langit Malam Australia Diikuti Suara Ledakan Terungkap

KOMPAS.com - Sebuah benda bercahaya melintas di langit Kota Victoria, Melbourne, Australia pada Senin (7/8/2023) malam.

Benda bercahaya itu melintas sekitar satu menit diikuti dengan suara ledakan keras dan getaran menyerupai gempa bumi.

Momen tersebut tertangkap kamera sejumlah warganet. Mereka menduga, benda bercahaya itu adalah meteor.

"Was that a meteorite? (Apakah itu meteorit)?" tanya pemilik akun @afsal*****.

Hingga Rabu (9/8/2023), video penampakan benda bercahaya itu telah diputar sebanyak 30.100 kali.

Diidentifikasi sebagai sisa roket

Lembaga Gelologi Australia, Geoscience Australia mengonfirmasi adanya sinyal seismik di barat laut kota yang biasanya identik dengan gempa bumi tepat saat benda itu melintas.

Namun, kemunculannya masih menyisakan misteri. Banyak yang menduga bahwa benda tersebut adalah meteor. Ada juga yang mengatakan bahwa benda itu adalah sampah antariksa.

Badan Antariksa Australia pada Selasa (8/8/2023) mengonfirmasi bahwa kilat cahaya yang muncul itu kemungkinan berasal dari sisa-sisa roket Soyuz-2 yang diluncurkan Rusia.

"Kilatan cahaya yang terlihat di langit Melbourne semalam kemungkinan adalah sisa-sisa roket Soyuz-2 Rusia yang memasuki kembali atmosfer Bumi," kata Badan Antariksa Australia.

Mereka menyebutkan bahwa sisa-sisa roket diperkirakan memasuki atmosfer dengan aman ke lautan di lepas pantai tenggara Tasmania.

Dilansir dari The Guardian, roket tersebut diluncurkan dari Kosmodrom Plesetsk di utara Moskow, Rusia pada Senin (7/8/2023) malam.

Menurut pihak berwenang Rusia, peluncuran tersebut menempatkan satelit navigasi global baru ke orbit.

Roket Rusia itu memiliki berat 105 ton dengan panjang 25 meter dan diluncurkan pada posisi yang sangat tinggi.

Sampah antariksa disalahartikan sebagai meteor

Profesor Michael Brown dari School of Physics and Astronomy di Monash University mengatakan, sampah antariksa kerap disalahartikan sebagai meteor.

Dia menjelaskan, meteor yang memasuki atmosfer Bumi biasanya merupakan peristiwa yang jauh lebih singkat karena mereka menghantam atmosfer dengan kecepatan lebih dari sepuluh kilometer per detik.

"Karena roket melaju beberapa kilometer setiap detik saat memasuki atmosfer, roket tersebut mengalami kekuatan besar yang memanaskan dan memecah roket, menghasilkan pertunjukan cahaya yang spektakuler," jelasnya, dilansir dari SBS News.

Astronom Alan Duffy mengungkapkan, cukup mudah untuk membedakan sampah antariksa dengan meteor. Salah satunya melalui warna dari cahaya yang dipancarkan.

"Jelas sekali kalau benda itu adalah sesuatu yang besar, karena bergerak cukup lambat, mengisyaratkan kalau benda itu cukup padat," ucapnya.

Saat terbakar, Alan mengatakan, pecahan sampah antariksa berwarna oranye.

Pecahan berwarna oranye itu mengindikasikan materialnya adalah besi atau baja.

"Itu adalah salah satu re-entry paling spektakuler yang pernah saya lihat," tandas dia.

Sebelumnya, sebuah roket Soyuz juga pernah masuk kembali ke Melbourne pada 2014. Beberapa serpihannya ditemukan di daerah pedesaan New South Wales (NSW), Australia.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/09/140000365/misteri-benda-bercahaya-yang-melintas-di-langit-malam-australia-diikuti

Terkini Lainnya

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke