Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Batik Banyumasan, Goresan ala "Cablaka" dalam Warna Sogan

Diolah oleh tangan 50 perancang busana dengan desainer tamu Ina Priyono, Andy Sugix, dan Emmy Thee, batik banyumasan melenggang di catwalk di acara yang diprakarsai oleh Pemkab Banyumas, Bank Indonesia, dan Indonesian Fashion Chamber (IFC).

Meski sudah banyak tersentuh aroma modern, namun motif jadul seperti ayam puger dan lumbon tetap mendominasi batik asal Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini.

Apa ciri khas batik banyumasan?

Tirza Enggar, generasi ketiga rumah batik Hadi Priyanto Banyumas, menyebut bahwa ciri khas batik banyumas ada pada warna-warnanya yang tajam dan kuat dalam nuansa sogan.

"Sogan tapi tua, dalam gradasi kuning hingga coklat," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (1/7/2023).

Selain ciri khas warna sogan dari kuning tua sampai coklat tua yang tajam, ciri khas batik banyumasan lainnya ada pada motifnya yang jelas dan tegas tanpa banyak ornamen isian.

Motif ini disebut "cablaka" oleh masyarakat Banyumas, yang memiliki arti apa adanya begitu saja.

Seperti misalnya motif truntum atau parang, yang berupa outline parang tanpa di dalamnya dilengkapi motif pemanis tambahan seperti titik-titik layaknya batik asal daerah lain, semisal batik pekalongan atau batik lasem.

Untuk motif, kebanyakan batik banyumasan kuno bergambar lumbon dan ayam puger.

Lumbon adalah daun talas. Motif ini digunakan sejak zaman dulu lantaran ada banyak tanaman talas di daerah pedalaman Banyumas, tempat para perajin batik lahir dan bertahan hidup dengan menorehkan canting.

Sedangkan ayam puger adalah lambang penyatuan. Biasanya batik ayam puger dikenakan orangtua pasangan pengantin, dengan tujuan untuk menyatukan dua keluarga besar. 

Beda batik banyumas dengan batik lain

Merunut sejarahnya, batik banyumas adalah kekayaan wastra Nusantara peninggalan tradisi Mataram Islam. 

Dilansir dari laman Kemendikbud, sebuah penelitian dilakukan guna mengerti simbol, makna dan nilai filosofis dari kain tradisional yang lahir di sekitar Sungai Serayu ini.

Hasil dari penelitian yang ada menemukan bahwa batik banyumasan memiliki dua jenis motif, yaitu motif batik kraton dan motif batik ala petani.

Motif batik pengaruh kraton memiliki kesamaan dengan motif-motif batik dari Kraton Kasunanan Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta seperti parang, ayam puger, kawung, truntum, sidomukti, sidoasih, babon angrem, sawat lar, juga semen latar ireng.

Bedanya hanya ada di teknik pewarnaannya. 

Seperti kata Enggar, batik banyumasan selalu tampil dalam warna tanah yang pekat dan kuat seperti kuning tua, hitam, atau coklat tua pekat.

Tak ada warna-warna semi pudar seperti batik lawasan di daerah lain.

Sedangkan motif kedua, yaitu batik petani, adalah motif-motif batik yang dikembangkan dari motif-motif yang berasal dari lingkungan sekitar dan sebagian besar bermotifkan tanaman seperti lumbon, jahe serimpang, serayon, kopi pecah dan sebagainya.

Mengingat batik banyumasan memiliki kekhasan tersendiri ini, Dwi Kristanto, founder BFF lantas berusaha mengangkat batik tepian Serayu ini di agenda rutin tahunan.

Agar tak cuma masyarakat Banyumas saja yang mengerti motif cablaka, namun juga masyarakat di seluruh Nusantara.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/05/073000465/mengenal-batik-banyumasan-goresan-ala-cablaka-dalam-warna-sogan

Terkini Lainnya

Cara Berhenti Langganan Netflix, Mudah Bisa lewat HP

Cara Berhenti Langganan Netflix, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Kapan Indonesia Masuk Musim Kemarau 2024? Ini Kata BMKG

Kapan Indonesia Masuk Musim Kemarau 2024? Ini Kata BMKG

Tren
Israel Serang Kamp Pengungsi di Rafah, 21 Tewas, Bantuan ke Gaza Terhenti

Israel Serang Kamp Pengungsi di Rafah, 21 Tewas, Bantuan ke Gaza Terhenti

Tren
Ratusan Mobil Dinas Pemprov Banten Senilai Rp 25 M Hilang dan Menunggak Pajak Rp 1,2 M

Ratusan Mobil Dinas Pemprov Banten Senilai Rp 25 M Hilang dan Menunggak Pajak Rp 1,2 M

Tren
La Nina Diprediksi Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

La Nina Diprediksi Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Ilmuwan Deteksi Planet Layak Huni Seukuran Bumi

Ilmuwan Deteksi Planet Layak Huni Seukuran Bumi

Tren
Update Kasus Vina: Pengakuan Adik, Ayah, dan Ibu Pegi soal Nama Robi

Update Kasus Vina: Pengakuan Adik, Ayah, dan Ibu Pegi soal Nama Robi

Tren
Kelompok Pekerja yang Gajinya Dipotong 2,5 Persen untuk Tapera, Siapa Saja?

Kelompok Pekerja yang Gajinya Dipotong 2,5 Persen untuk Tapera, Siapa Saja?

Tren
Ditutup Juni 2024, Ini yang Terjadi jika Tidak Lakukan Pemadanan NIK dengan NPWP

Ditutup Juni 2024, Ini yang Terjadi jika Tidak Lakukan Pemadanan NIK dengan NPWP

Tren
13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

Tren
Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke