Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Kunang-kunang Saat Ini Sulit Ditemukan?

KOMPAS.com - Kunang-kunang termasuk salah satu hewan paling unik di dunia. Pasalnya, mereka bisa mengeluarkan cahaya dari tubuhnya.

Karena keunikan itu, ada beberapa mitos yang disematkan pada kunang-kunang di Indonesia.

Sayangnya, keberadaan kunang-kunang kini semakin sulit ditemukan. Bukan hanya di Indonesia, eksistensi mereka juga semakin langka di dunia.

Lantas, apa penyebab turunnya eksistensi kunang-kunang ini?

Untuk mengungkap ini, sebuah penelitian yang mensurvei 350 anggota Jaringan Internasional Fireflyers mengukur ancaman yang dihadapi kunang-kunang.

Sebagai informasi, Jaringan Internasional Fireflyers merupakan organisasi ilmiah pakar dan spesialis kunang-kunang.

Hasilnya, mereka menemukan beberapa penyebab di balik hilangnya eksisten kunang-kunang.

1. Kehilangan habitat

Dikutip dari Medium, hilangnya habitat telah diidentifikasi sebagai penyebab paling serius dan utama penurunan populasi kunang-kunang di semua benua.

Berubahnya hutan belantara menjadi zona perkotaan, industri, dan pertanian menjadi masalah khusus bagi kunang-kunang yang merupakan spesialis habitat, seperti kunang-kunang Pteroptyx tener di Malaysia.

Mereka hanya dapat ditemukan di rawa bakau yang sangat terancam punah yang ditebang untuk perikanan dan pembangunan perkotaan.

Selain hilangnya habitat secara langsung, fragmentasi dan perubahan wilayah alami juga memberi tekanan berat pada populasi kunang-kunang.

Misalnya, kunang-kunang mengandalkan lingkungan yang hangat dan lembab di dekat genangan air untuk siklus hidupnya.

Dengan begitu, pemompaan air tanah merusak jumlah mereka dengan menurunkan permukaan air dan meningkatkan kekeringan habitat.

Polusi cahaya tidak hanya menenggelamkan keindahan alami langit malam, polusi cahaya juga meredupkan pertunjukan cahaya indah yang diciptakan oleh kunang-kunang.

Cahaya buatan adalah ancaman paling kritis kedua bagi kunang-kunang karena mengganggu ritual perkawinan khas mereka yang kita semua tahu dan sukai.

Kunang-kunang dewasa mengandalkan bioluminesensi atau cahaya yang diciptakan secara organik di dalam tubuh mereka, untuk menemukan pasangan.

Polusi cahaya menenggelamkan cahaya yang mereka ciptakan dan menekan kemampuan mereka untuk menemukan satu sama lain dan menyinkronkan sinyal pacaran mereka.

Dengan mengganggu kemampuan kunang-kunang untuk kawin, lampu-lampu kota melawan kunang-kunang dan meningkatkan risiko kepunahannya.

3. Penggunaan pestisida

Penggunaan insektisida untuk membersihkan tanaman dan rumput tidak hanya mengusir hama, tetapi juga membahayakan kunang-kunang.

Pestisida adalah masalah global lainnya di antara spesies kunang-kunang karena mempengaruhi semua tahapan kehidupan dan dapat memiliki efek bergema dari mangsa ke predator.

Polusi air dan tanah sangat berbahaya bagi kunang-kunang bertelur di tanah lembab dan berkembang selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun di bawah air, di antara akar pohon, atau di dalam tanah.

Paparan insektisida menyebabkan penurunan tajam dalam daya tetas telur dan kematian larva dan dewasa yang tinggi, mengancam generasi kunang-kunang saat ini dan yang akan datang.

4. "Wisata kunang-kunang"

Dikutip dari CNN, faktor lainnya yang melenyapkan serangga ini adalah banyaknya "wisata kunang-kunang".

Di tempat-tempat seperti Jepang, Taiwan, dan Malaysia, sudah lama menjadi kegiatan rekreasi untuk menyaksikan pertunjukan cahaya spektakuler yang dilakukan oleh beberapa spesies kunang-kunang.

Namun, sekarang menjadi lebih populer dan tersebar luas, bahkan bisa menarik lebih dari 200.000 pengunjung per tahun.

Harga mahal dari wisata ini adalah jumlah kunang-kunang yang terus berkurang.

Di Thailand, lalu lintas perahu motor di sepanjang sungai bakau di Thailand menumbangkan pohon dan mengikis tepian sungai serta merusak habitat.

Sementara spesies yang tidak bisa terbang diinjak-injak oleh wisatawan di Carolina Utara dan Meksiko.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/03/203000765/mengapa-kunang-kunang-saat-ini-sulit-ditemukan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke