Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemanfaatan Teknologi Mewujudkan IKN sebagai Carbon Neutral City

Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, suhu permukaan bumi pada 2021 meningkat sebesar 0,85 derajat celcius dibandingkan suhu rata-rata tahunan selama periode 1951-1980.

Salah satu penyebab dari pemanasan global adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.

Gas karbon dioksida (CO2) menjadi GRK dengan konsentrasi yang paling dominan di atmosfer. Hal ini dikarenakan CO2 dapat dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia termasuk penggunaan bahan bakar fosil untuk kebutuhan energi dan transportasi.

Untuk memperkirakan kontribusi aktivitas manusia terhadap GRK di atmosfer, Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) telah merumuskan panduan inventarisasi GRK nasional.

Dalam panduan tersebut, terdapat 5 sektor yang menjadi perhatian, yaitu energi, proses industri dan penggunaan produk, FOLU (Forestry and Other Land Use), agrikultur, dan limbah.

Pada tahun 2015, COP-21 (Conference of the Parties-21) diadakan oleh PBB untuk membicarakan perubahan iklim global.

Konferensi ini menghasilkan Paris Agreement yang merupakan perjanjian internasional untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celcius dan menekannya lebih lanjut menuju 1,5 derajat celcius.

Pada perjanjian tersebut, setiap negara anggota diwajibkan menyusun NDC (Nationally Determined Contribution), yaitu dokumen yang memuat komitmen dan upaya negara untuk mengurangi emisi dan menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim pada 5 sektor yang telah disebutkan sebelumnya.

Dalam dokumen NDC yang ditingkatkan (ENDC atau Enhanced Nationally Determined Contribution), Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon untuk menjaga kenaikan suhu global sebesar 32 persen atau setara dengan 912 juta ton CO2 pada tahun 2030.

Ibu Kota Nusantara (IKN) merupakan ikon sejarah baru Indonesia. Pembangunan IKN saat ini tidak terlepas dari target ENDC yang ada.

IKN dibangun berdasarkan acuan yang termuat dalam Peraturan Presiden nomor 63 tahun 2022 tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara.

Acuan ini disebut KPI (Key Performance Indicator) yang terdiri dari 8 prinsip, salah satunya prinsip Rendah Emisi Karbon.

Salah satu langkah konkret untuk mendukung prinsip ini adalah dengan kerja sama studi antara ADB dengan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengenai IKN sebagai carbon neutral city pada tahun 2045.

Kerja sama ini disepakati pada momentum COP-27 yang berlangsung di Mesir pada November 2022.

Studi tersebut berjudul RLDC (Regionally and Locally Determined Contributions) dan merupakan bentuk komitmen IKN menuju carbon neutral city.

Lebih lanjut, kepala OIKN menyatakan bahwa kondisi carbon neutral bermakna terdapat keseimbangan antara sektor yang menghasilkan emisi karbon dioksida dengan sektor yang menyerap karbon dioksida.

Oleh karenanya, pada dokumen RLDC, akan direncanakan pengkajian satu sektor tambahan, yaitu emisi fase konstruksi mengingat IKN dibangun mulai dari lahan kosong.

Peran hutan dalam sektor FOLU berpotensi sangat besar dalam mendukung IKN untuk menuju carbon neutral city.

Hutan sebagai penyerap karbon dioksida perlu dikelola dengan baik untuk mewujudkan kondisi ini.

Sebagimana prinsip KPI IKN yang selaras dengan alam, maka sekitar 75 persen wilayah IKN diperuntukan sebagai ruang hijau (65 persen area hutan lindung dan 10 persen area produksi pangan serta taman).

Oleh karenanya, pembangunan IKN akan mengupayakan pengembalian tutupan hutan yang permanen dengan kegiatan reforestasi (penghutanan kembali).

Bibit tanaman untuk kegiatan reforestasi ini berasal dari Persemaian Mentawir yang telah dibangun di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dengan kapasitas produksi saat ini sekitar 15 juta batang bibit pohon per tahun.

Jenis bibit tanaman yang dibudidayakan di persemaian ini terdiri dari beberapa jenis endemik Kalimantan, seperti Nyatoh, Meranti, Kapur, Gaharu, dan Jambu-jambuan.

Jenis-jenis tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai penghasil minyak atsiri yang digunakan untuk industri parfum dan kecantikan, yang pemanfaatannya tidak dengan menebang pohon.

Kegiatan reforestasi dengan jenis endemik diharapkan dapat meningkatkan tutupan hutan permanen yang ada di wilayah IKN.

Tutupan hutan permanen dapat dimonetisasi potensi stok karbonnya untuk offsetting carbon dari sektor yang menghasilkan emisi, seperti sektor energi.

Inventarisasi kuantitas stok karbon dapat dibantu dengan teknologi kalkulator karbon berbasis spasial serta sensor pemantauan emisi CO2.

Pemanfaatan teknologi berperan penting dalam efisiensi pengelolaan hutan, mengingat hutan merupakan daratan yang luas dan dinamis.

Untuk mengoptimalkan upaya reforestasi dan forest city di IKN, keberadaan keanekaragaman hayati/biodiversitas, baik hewan maupun tumbuhan di hutan IKN perlu dipantau secara berkala.

Smart forest biodiversity monitoring dapat diterapkan dengan penggunaan beberapa teknologi seperti sensor Internet of Things (IoT), drone, dan kamera traps untuk real time monitoring kondisi hutan dan penyusunan database biodiversitas.

Selain itu, teknologi tersebut juga dapat mendukung emergency reporting apabila terdapat satwa liar yang mendekati kawasan penduduk.

Wilayah hutan di IKN juga termasuk berpotensi mengalami kebakaran karena menurut data Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) dan PUPR tahun 2021, terdapat 105.000 hektar batubara dangkal di Kalimantan Timur dengan 59.000 hektar di antaranya swabakar tinggi.

Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya smart forest fire management dengan perencanaan sekat bakar yang disertai teknologi fire hotspot monitoring, fire emergency alert system, dan fire tracking capability.

Dalam pembangunan IKN, penyediaan bahan pangan untuk mendukung kebutuhan dasar manusia juga harus terus diupayakan. Untuk penyelenggaraan keperluan perkebunan/pertanian di wilayah hutan, dapat diterapkan sistem wanatani/agroforestri.

Agroforestri merupakan integrasi budidaya tanaman berkayu (pohon) dengan tanaman semusim (tanaman perkebunan), dan terkadang beserta hewan ternak untuk menciptakan manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Penggunaan teknologi untuk menciptakan Smart Agroforestry (SAF) di IKN dilakukan dengan beberapa cara seperti perencanaan budidaya dengan Geographic Information System (GIS), penggunaan sensor iklim dan tanah pada masa budidaya, serta pemanfaatan drone untuk persemaian dan pengawasan lahan.

Teknologi tersebut juga dapat dimanfaatkan pada lahan yang ditujukan khusus untuk perkebunan/pertanian, sebagai upaya mewujudkan precision agriculture.

Dengan penguasaan dan pemanfaatan teknologi pada berbagai sektor pembangunan, maka diharapkan IKN akan menjadi living lab dari sebuah proses transformasi berbudaya dan bekerja untuk mewujudkan bangsa dan negara maju yang produktif, inovatif, dan berdaya saing.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/06/134317765/pemanfaatan-teknologi-mewujudkan-ikn-sebagai-carbon-neutral-city

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke