KOMPAS.com - Kata "bangsat" kerap terlontar saat seseorang tengah kesal atau marah. Kata ini menjadi salah satu makian yang paling sering diucapkan masyarakat Indonesia.
Misalnya, politisi PDI-Perjuangan Arteria Dahlan, sempat melontarkan umpatan ini kepada Kementerian Agama dalam rapat kerja bersama DPR pada 2018 terkait kasus First Travel.
Saat itu, seperti dikutip Kompas.com (19/1/2022), Arteria meminta Kejaksaan tidak hanya menginventarisasi aset First Travel, tetapi juga secara aktif melacaknya.
"Saya satu komisi satu bulan sama (kasus First Travel) ini, Pak. Ini masalah dapil, Pak. Yang dicari jangan kayak tadi Bapak lakukan inventarisasi, pencegahannya, Pak. Ini Kementerian Agama bang**t, Pak, semuanya, Pak," tutur Arteria kepada Jaksa Agung HM Prasetyo.
Lantas, apa arti bangsat?
Arti kata bangsat
Guru Besar Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sarwiji Suwandi menjelaskan, kata bangsat salah satunya memiliki arti kutu busuk.
"Secara leksikal (makna sebenarnya), kata bangsat memang berarti kutu busuk," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/2/2023).
Kutu busuk sendiri merupakan serangga kecil yang hidup dengan cara mengisap darah.
Selain kutu busuk, merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bangsat juga berarti orang yang memiliki tabiat buruk atau jahat.
Oleh karena itu, penggunaan kata bangsat sebagai makian, menurut Sarwiji, sudah sesuai.
"Orang yang diumpat kan biasanya punya tabiat atau perilaku buruk atau jahat," kata dia.
Terpisah, pakar bahasa Indonesia dan wikipediawan, Ivan Lanin memaparkan, nama hewan kerap digunakan sebagai makian.
"Nama hewan memang kerap dipakai sebagai makian, misalnya anjing dan babi," terang Ivan kepada Kompas.com, Jumat.
Dia melanjutkan, merujuk pada makalah Makian Dalam Bahasa Indonesia: Studi tentang Bentuk dan Referensinya (2004) karya I Dewa Putu Wijana, bangsat termasuk dalam makian berbentuk kata dasar dengan menggunakan referensi binatang.
Makian bentuk kata dasar sendiri merupakan makian yang berwujud kata-kata monomorfemik, seperti babi, bangsat, setan, dan sebagainya.
Sementara itu, referensi binatang digunakan untuk mengekspresikan makian secara langsung mengacu sifat-sifat individu yang dijadikan sasarannya.
Referensi binatang yang digunakan juga bersifat metaforis. Artinya, hanya sifat-sifat tertentu dari binatang yang memiliki kemiripan dengan individu atau keadaan yang menjadi sasaran makian.
Misalnya, sifat mengganggu seperti bangsat, menjijikkan serupa anjing, menjijikkan dan diharamkan seperti babi, atau menyakiti sebagaimana lintah darah.
Oleh karena itu, tentu saja tidak semua nama binatang dapat digunakan untuk sarana memaki di dalam penggunaan bahasa.
"Tapi, kita tidak pernah memakai kijang atau rusa sebagai makian, ya?" tandas Ivan.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/24/204500765/arti-kata-bangsat-kerap-digunakan-sebagai-makian