Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Orang Korsel Semakin Tidak Ingin Punya Anak, Bagaimana dengan Indonesia?

Artinya, banyak wanita asal Negeri Ginseng itu yang tidak melahirkan anak.

Kondisi ini berbeda dari Indonesia di mana angka kelahiran anak tergolong masih tinggi.

Berdasarkan data World Bank pada 2020, warga Indonesia memiliki tingkat kesuburan 2,2. Ini berarti setiap wanita di Tanah Air melahirkan 2 anak.

Kondisi berbeda dialami Korea Selatan yang hanya memiliki tingkat kelahiran 0,8 pada 2020.

Angka ini lalu menimbulkan kekhawatiran mengenai resesi seks di Korea Selatan.

Lalu, bagaimana perbandingan tingkat kelahiran anak di Korea Selatan dan Indonesia saat ini?

Tingkat kelahiran di Korsel

Al Jazeera melaporkan (22/3/2023), Badan Pusat Statistik Korea Selatan merilis data terbaru mengenai jumlah rata-rata kelahiran bayi di negara tersebut.

Hasilnya, pada 2022, hanya ada 0,78 bayi yang diharapkan lahir dari seorang wanita Korea Selatan selama masa reproduksinya. Angka tersebut turun dari 0,81 bayi pada 2021. Jumlah rata-rata kelahiran di ibu kota Seoul bahkan lebih rendah hanya 0,59.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap wanita asal Korea Selatan tidak pasti melahirkan satu anak semasa hidupnya.

Jumlah tersebut juga merupakan angka kelahiran terendah di antara negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Anggota organisasi itu memiliki angka rata-rata 1,59 pada 2020. Sementara rata-rata kelahiran bayi Amerika Serikat 1,64 dan 1,33 di Jepang.

Lebih lanjut, data yang dirilis menunjukkan, sebanyak 249.000 bayi lahir di Korea Selatan tahun lalu. Angka ini turun dari 260.000 pada 2021.

Usia rata-rata seorang wanita melahirkan juga naik menjadi 33,5 tahun pada 2022.

Sementara itu, jumlah kematian di sana mencapai 372.800. Jumlah ini naik dari 317.680 orang meninggal dunia pada 2021.

Populasi Korea Selatan memuncak pada 51,84 juta orang pada 2020 tapi lalu turun menjadi 51,74 juta pada 2021.

Dari perhitungan tersebut, Korea Selatan perlu meningkatkan kesuburan menjadi 2,1 per wanita agar populasi negara tersebut tetap sama.

Berdasarkan data dari Wisevoter, Indonesia memiliki tingkat kesuburan 2,1 pada 2023. Artinya, satu wanita Indonesia melahirkan rata-rata 2 anak.

Diberitakan Kompas.com (27/4/2022), jumlah kelahiran pada 2022 mencapai 691.259 jiwa sedangkan jumlah kematian adalah 1.580.865 jiwa.

Data dari Kementerian Dalam Negeri menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 273.879.750 orang pada 2022.

Angka ini menunjukkan kenaikan jumlah penduduk sebanyak 2.529.861 jiwa dibandingkan 2020.

Dari data tersebut, Indonesia memiliki tingkat kelahiran jauh lebih tinggi daripada Korea Selatan.

Dilansir dari Kompas.com (16/2/2023), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa angka kelahiran di Indonesia masih tinggi.

Ia menyatakan, jumlah kehamilan di Indonesia menyentuh angka 4.884.711 menurut data BKKBN 2021.

Di antara jumlah ini, 4.438.141 bayi lahir dalam keadaan hidup sedangkan 22.257 bayi lahir mati.

Dari data ini, ia menyimpulkan Indonesia tidak memiliki resesi seks atau berkurangnya jumlah pasangan yang aktif secara seksual untuk memiliki keturunan.

Terlepas dari itu, Kompas.com memberitakan (27/1/2023), ada kemungkinan orang Indonesia mengalami resesi seks di masa depan.

Menurut sosiolog dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Anis Farida, ada banyak anak muda di usia siap menikah yang cenderung untuk menunda pernikahan dan memiliki anak. Alasannya, demi karier atau untuk melanjutkan pendidikan.

Meski begitu, ia menilai resesi seks belum akan terjadi dalam waktu dekat di Indonesia.

Indonesia sendiri diyakini akan menerima bonus demografi hingga 2045. Artinya, akan ada peningkatan penduduk usia produktif antara 16 hingga 65 tahun yang mendominasi Tanah Air.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/23/133000465/orang-korsel-semakin-tidak-ingin-punya-anak-bagaimana-dengan-indonesia-

Terkini Lainnya

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Tren
Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Tren
Siasat SYL 'Peras' Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Siasat SYL "Peras" Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke