Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah Rentan Kena Masalah Psikologis

KOMPAS.com - Penelitian baru dari RCSI University of Medicine and Health Sciences telah menemukan bahwa bayi dengan berat lahir di atas rata-rata cenderung memiliki lebih sedikit masalah kesehatan mental dan perilaku di masa kanak-kanak dan remaja.

Dilansir Neuroscience, 29 September 2022, penelitian yang dipublikasikan di European Child & Adolescent Psychiatry itu meneliti kaitan antara berat lahir dan kesehatan mental pada ribuan anak di Irlandia.

Temuan ini dapat membantu mengidentifikasi dan mendukung anak-anak yang berisiko lebih besar mengalami masalah psikologis.

Tidak seperti penelitian lain yang meneliti berat lahir saja, penelitian ini menggunakan data anak-anak yang sama sejak masa kanak-kanak hingga remaja.

Peneliti menggunakan studi Growing Up in Ireland, sebuah studi berkelanjutan yang didanai pemerintah tentang anak-anak yang lahir antara 1997 dan 1998.

Para peneliti menggunakan standar berat badan bayi 3,5 kg. Analisis menunjukkan bahwa setiap kilogram di bawah berat lahir rata-rata (3,5 kg) dikaitkan dengan lebih banyak masalah kesehatan mental yang dilaporkan sepanjang masa kanak-kanak hingga remaja.

Studi ini juga menemukan bahwa masalah terkait berat badan lahir ini cenderung bertahan sepanjang masa kanak-kanak, dari usia 9 hingga 17 tahun.

Masalah yang paling berat dialami anak dengan berat badan lahir rendah adalah kurangnya perhatian, impulsif dan hiperaktif.

Masalah-masalah tersebut terkait dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Setiap penurunan kilogram di bawah berat lahir rata-rata dikaitkan dengan peningkatan 2 persen dalam risiko perilaku seperti ADHD, namun perilaku tersebut berada dalam kisaran normal.

Artinya, bahkan di antara anak-anak dengan berat lahir sangat rendah (1,5 kg), jumlah rata-rata gejala ADHD mungkin tidak akan memenuhi ambang diagnosis ADHD.

Berat badan lahir rendah juga dikaitkan dengan masalah emosional dan sosial, terutama pada remaja akhir.

Masalah-masalah ini ditemukan lebih parah dan mendekati ambang klinis, misalnya untuk diagnosis depresi atau kecemasan.

“Kami telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur dikaitkan dengan risiko penyakit mental yang lebih tinggi pada anak. Apa yang ditunjukkan oleh penelitian ini adalah bahwa bahkan penyimpangan kecil dari berat lahir biasa mungkin juga relevan," kata Profesor Mary Cannon, Profesor Epidemiologi Psikiatri dan Kesehatan Mental Pemuda di RSCI dan Peneliti Utama dalam penelitian tersebut.

Niamh Dooley, mahasiswa PhD dan penulis utama studi tersebut mengatakan hubungan antara berat lahir dan kesehatan mental anak ini tetap ada bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi berat lahir dan kesehatan mental, seperti jenis kelamin, faktor sosial ekonomi, dan riwayat penyakit mental orang tua.

“Efek berat badan lahir pada kesehatan mental di kemudian hari kemungkinan kecil, tetapi mungkin berinteraksi dengan risiko lain seperti genetika dan stres masa kanak-kanak, dan memiliki implikasi untuk memahami asal-usul kesehatan mental dan kesehatan yang buruk,” kata Dooley.

Rekomendasi dari studi ini adalah para wanita hamil disarankan untuk memperhatikan perawatan perinatal dan meningkatkan kesehatan wanita secara keseluruhan.

Selain itu perlu untuk memastikan berat lahir optimal agar dapat membantu mengurangi risiko anak mengembangkan masalah kesehatan mental.

Kemudian, untuk anak-anak dengan berat badan lahir rendah dapat melakukan penilaian psikologis di masa kanak-kanak untuk membantu meminimalkan beban penyakit mental di masa remaja dan dewasa.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/01/160000465/studi--bayi-lahir-dengan-berat-badan-rendah-rentan-kena-masalah-psikologis

Terkini Lainnya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke