Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meningkatkan Sosialisasi Aturan Transportasi

Misalnya karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian seseorang atas peraturan keselamatan dan keamanan moda transportasi sehingga melakukan perbuatan yang melanggar aturan tersebut.

Saya mencatat ada beberapa contoh kecelakaan atau berpotensi kecelakaan yang berawal dari hal-hal sepele karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian masyarakat akan aturan keselamatan dan keamanan transportasi.

Beberapa tahun lalu, pernah kejadian kapal tenggelam ketika sudah hampir sampai ke pelabuhan.

Masalahnya sederhana, saat pelabuhan sudah kelihatan di kejauhan, banyak penumpang yang berusaha mencari sinyal telepon selulernya setelah sekian lama sinyal hilang selama pelayaran di laut.

Tanpa disadari, penumpang-penumpang tersebut berkumpul di satu titik kapal berakibat keseimbangan kapal terganggu dan akhirnya dengan cepat terbalik dan tenggelam.

Dan yang terbaru adalah kasus penumpang yang membuka jendela darurat pesawat di Bandara Halim Perdanakusuma pada Senin, 20 Desember lalu.

Pelaku adalah seorang kepala desa yang sehari-harinya tinggal di desa dan baru dua kali naik pesawat.

Pertama ketika berangkat dari Bandara Ngloram Cepu menuju Bandara Halim Perdanakusuma, beberapa hari yang lalu.

Kedua saat kejadian itu terjadi, yaitu saat dia akan terbang untuk perjalanan pulang.

Pelaku beralasan tidak tahu dan tidak mengerti aturan keselamatan penerbangan sehingga melakukan hal tersebut.

Untungnya jendela darurat yang terbuka segera diketahui awak kabin sehingga bisa dilakukan penanganan sesuai aturan dan tidak terjadi kecelakaan fatal karena saat itu pesawat belum terbang.

Kalau pesawat sudah mengangkasa, ceritanya bisa sangat lain.

Namun akibat kejadian-kejadian sepele itu bisa sangat fatal dan merugikan. Contohnya pada kejadian kapal yang tenggelam di perairan Bau Bau, Sulawesi Tenggara, pada contoh di atas adalah adanya korban tewas yang mencapai puluhan orang.

Begitupun kapal yang tenggelam pasti membuat kerugian besar bagi operator pelayaran tersebut.

Sedangkan akibat kejadian di Bandara Halim Perdanakusuma di atas, pesawat yang harusnya terbang menuju Bandara Ngloram, Cepu Blora di Jawa Tengah, terpaksa dibatalkan.

Jendela darurat harus dibetulkan lagi, pesawat harus dicek dengan seksama sehingga memerlukan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.

Maskapai tentunya mengalami kerugian, begitu juga penumpang yang harus menggunakan transportasi lain untuk tetap dapat menuju Blora.

Tak hanya itu, karena pesawat juga seharusnya akan digunakan untuk terbang di waktu-waktu selanjutnya, penumpang di bandara-bandara lanjutan juga dirugikan karena harus ditunda atau dialihkan penerbangannya.

Pendek kata, perbuatan yang mungkin dianggap sepele itu berakibat begitu dahsyat.

Kita juga dapat dengan mudah mencari berita tentang kecelakaan di jalan raya dengan sebab yang sepele, terutama di pelosok-pelosok daerah.

Semua itu memang seringkali disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakmengertian disamping sebab-sebab yang lain seperti, misalnya, ketidakpedulian.

Ketidaktahuan dan ketidakmengertian biasanya dialami oleh orang yang memang baru mengenal dan mengalami sendiri kejadiannya.

Hal ini bisa disebabkan karena adanya moda transportasi baru di daerah sekitarnya.

Seperti kasus kepala desa tersebut di atas, di daerahnya baru saja diresmikan bandara baru. Dengan demikian dunia penerbangan merupakan dunia yang baru pula baginya.

Yang perlu dicermati, hal-hal seperti itu sangat mungkin terjadi di tempat lain mengingat hingga saat ini pemerintah masih gencar membangun infrastruktur transportasi.

Bandara, pelabuhan, jalur kereta, jalan raya dan jalan tol banyak dibangun hingga di pelosok-pelosok. Dan tentu saja semua itu adalah hal baru bagi masyarakat sekitar.

Sosialisasi

Program yang baik dari pemerintah, yaitu membangun infrastruktur transportasi untuk mempercepat pemerataan dan pertumbuhan ekonomi nasional itu harus kita dukung.

Namun tentu efek-efek negatifnya harus bisa diminimalisir sampai sekecil-kecilnya.

Untuk mencegah dan meminimalisir kejadian sepele seperti di atas, salah satu caranya adalah dengan menggencarkan sosialisasi dan komunikasi terutama terhadap masyarakat sekitar.

Misalnya jika dibangun jalan raya atau jalan tol di suatu daerah, di daerah tersebut harus dilakukan sosialisasi secara intensif terkait aturan lalu lintas.

Masalahnya terkadang sosialisasi yang dilakukan hanya bersifat seremonial, alakadarnya, tidak berkelanjutan dan dilakukan oleh personel yang kurang kompeten.

Seringkali sosialisasi hanya dianggap sebagai kegiatan menghabiskan biaya tanpa bisa diukur efektivitas dan hasilnya.

Kemudian sosialisasi dan komunikasi hanya dilakukan lewat poster, papan pengumuman atau spanduk yang kian hari bertambah kusam dan kumal.

Padahal sesungguhnya sosialisasi dan komunikasi ini mempunyai dampak yang besar, baik bagi masyarakat sekitar, operator transportasi hingga pemerintah.

Sosialisasi dan komunikasi juga sebenarnya bisa dilakukan dengan berbagai cara dan media sehingga menarik perhatian masyarakat.

Anda tentu masih ingat, tahun 1998-1999 ketika Indonesia akan mengadakan pemilihan umum yang pertama di era reformasi.

Ada iklan layanan masyarakat dengan kata-kata: “inga…inga…jangan lupa untuk mencoblos…” untuk mengingatkan masyarakat ikut pemilu.

Hasilnya sangat luar biasa. Pemilu itu tercatat sebagai salah satu pemilu dengan partisipasi rakyat terbanyak.

Jika sosialisasi dan komunikasi berjalan baik, masyarakat akan paham dan tidak akan melakukan kegiatan yang bisa mengganggu kegiatan transportasi.

Jika transportasi berjalan baik, maka operator akan untung, perekonomian ikut meningkat dan kepercayaan masyarakat pada pemerintah juga akan tinggi.

Namun jika sosialisasi dan komunikasi buruk, masyarakat akan tidak tahu, tidak mengerti, tidak peduli sehingga banyak pelanggaran dan gangguan terhadap transportasi.

Akibatnya operator akan menanggung biaya besar jika terjadi kecelakaan. Perekonomian akan jalan di tempat bahkan bisa turun dan kepercayaan terhadap pemerintah akan rendah.

Bukan cuma aspek teknis

Memang tidak mudah melakukan sosialisasi dan komunikasi massa yang baik, tepat sasaran, mudah dimengerti dan berkelanjutan. Perlu melibatkan banyak aspek dan personel yang kompeten.

Bukan hanya terkait aspek teknis transportasi tersebut, tapi juga aspek sosial, budaya, sosiologi bahkan mungkin psikologi masyarakat.

Tiap transportasi mungkin metode sosialisasi dan komunikasinya bisa berbeda. Begitu pula tiap daerah juga akan berbeda gaya sosialisasi dan komunikasi.

Masyarakat desa tentu berbeda dengan masyarakat kota. Atau masyarakat Jawa Timur yang biasa lugas, tentu berbeda dengan masyarakat Jawa Tengah yang terbiasa lembut.

Untuk itu diperlukan kerja sama antar stakeholder, baik itu di operator maupun pemerintah atau regulator.

Dengan demikian, terbentuk tim sosialisasi dan komunikasi kompeten dengan sistem yang sesuai dan dukungan dana untuk menjalankan sosialisasi dan komunikasi secara berkelanjutan.

Jika ini terjadi, niscaya tujuan pembangunan infrastruktur transportasi oleh pemerintah di berbagai pelosok tanah air untuk memeratakan dan meningkatkan perekonomian nasional akan mencapai hasil gemilang.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/24/090000765/meningkatkan-sosialisasi-aturan-transportasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke