Salah satu akun yang membicarakan mengenai hal ini adalah akun TikTok @nnuriii_. Disebutkan bahwa Kurikulum 2022 tidak ada lagi kelas IPA, IPS, dan bahasa.
“Kebijakan Kurikulum 2022. Tidak Ada Lagi Jurusan IPA, IPS Dan Bahasa,” tulis akun tersebut dalm video yang ia unggah.
“KENAPA PAS AKU LULUS BARU ADA KURIKULUM INI” tulisnya dalam caption video unggahannya.
Hingga kini postingan tersebut telah dilihat lebih dari 4,8 juta kali dan disukai lebih dari 784,600 pengguna.
Benarkah di Kurikulum 2022 untuk siswa SMA tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS dan Bahasa?
Penjelasan Kemendikbud
Terkait hal tersebut Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Assesmen Pendidikan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo memberikan penjelasannya.
Pihaknya menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat mengenai Kurikulum 2022 tersebut adalah kurikulum prototipe. Sedangkan kurikulum resmi yang masih digunakan hingga saat ini adalah Kurikulum 2013.
“Kurikulum prototipe tidak disebut sebagai Kurikulum 2022 karena pada tahun 2022 sifatnya opsional,” jelas Anindito yang akrab disapa Nino saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/12/2021).
Dalam kurikulum prototipe ini nantinya siswa SMA akan diperbolehkan meramu sendiri kombinasi mata pelajaran sesuai dengan minatnya.
“Alih-alih dikotakkan ke dalam jurusan IPA, IPS dan Bahasa, siswa kelas 11 dan 12 akan boleh meramu sendiri kombinasi mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya,” ujar dia.
Nantinya kurikulum ini akan ditawarkan kepada semua sekolah, namun kurikulum prototipe hanya akan diterapkan di satuan pendidikan yang berminat menggunakannya sebagai sebagai alat untuk transformasi pembelajaran.
Contoh penerapan Kurikulum Prototipe
Contoh penerapan kurikulum prototipe, siswa yang ingin menjadi insinyur nantinya boleh mengambil matematika lanjutan dan fisika lanjutan, tanpa mengambil biologi.
Siswa tersebut kemudian boleh mengkombinasikannya dengan mata pelajaran IPS, bahasa, dan kecakapan hidup yang sejalan dengan minat maupun rencana karirnya.
Kurikulum prototipe menurutnya dirancang untuk memberi ruang lebih banyak, bagi pengembangan karakter dan kompetensi siswa.
Selain itu, kurikulum prototipe menurutnya akan memberi kesempatan pada siswa untuk menekuni minatnya secara lebih fleksibel.
Dalam kurikulum prototipe, siswa diharuskan mengambil 18 jam pelajaran wajib dan 20 jam pelajaran pilihan per minggu.
Mata pelajaran wajib yang harus diambil para siswa yakni:
Uji coba 2.500 sekolah
Nino mengatakan, kurikulum prototipe ini sudah diuji cobakan pada sekitar 2.500-an sekolah pada tahun 2021.
Pihaknya mengatakan, hasil evaluasi terhadap kurikulum prototipe ini sudah ada, namun belum diterbitkan.
“Secara umum hasilnya bagus. Banyak sekolah yang terdorong untuk melakukan inovasi pembelajaran, termasuk sekolah-sekolah yang secara sarana prasarana sebenarnya terbatas,” ujar dia.
Sebelumnya, Nino dalam unggahan Instagramnya 30 November 2021 menyampaikan bahwa kurikulum prototipe akan lebih berfokus pada materi esensial, dan tidak terlalu padat materi.
Ia menyebut kurikulum ini penting agar guru punya waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi.
“Jadi bukan hanya sekedar kejar tayang materi yang ada di buku teks saja,” ujar dia.
Kurikulum prototipe saat ini telah diterapkan pada 2.500-an sekolah melalui Program Sekolah Penggerak. Sekolah dalam program tersebut dinilai mencerminkan keragaman yang ada pada sistem pendidikan di Indonesia saat ini.
Di mana sebagian besar merupakan sekolah yang “biasa” saja, bukan sekolah favorit atau unggul. Serta bukan sekolah yang memiliki fasilitas berlebih.
“Banyak yang justru kekurangan secara sarana-prasarana. Sebagian juga berada di daerah tertinggal,” ujar dia.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/20/160000365/ramai-soal-kurikulum-2022-sma-tidak-ada-jurusan-ipa-ips-dan-bahasa-benarkah