Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akhir Polemik Vaksin Nusantara

Saya membedakan ketiganya karena mengalami ketiganya berbeda. Meskipun tidak selalu, kesehatan raga yang paling mudah dikenali bisa jadi prasyarat untuk kesehatan pikiran dan kesehatan jiwa.

Buat kamu yang menjalankan puasa, selamat berpuasa ya. Pekan kedua puasa sudah kita masuki dengan aktivitas yang makin beragam untuk menyambut Idul Fitri.

Makin beragamnya aktivitas itu mudah dikenali. Ruas-ruas jalan cenderung macet di jam-jam tertentu, pusat-pusat belanja padat tidak hanya di akhir pekan dan tempat makan semarak saat jam buka puasa.

Di tengah makin beragam dan intensnya aktivitas itu, kabar baik kita dapati. Kamu pasti turut serta berkontribusi untuk kabar baik ini.

Protokol kesehatan diterapkan dengan disiplin dan ada yang mengawasi. Meskipun ada satu-dua-tiga yang abai, tak jarang petugas yang melihat mengingatkan dan kemudian dipatuhi.

Setelah memuncak pada 30 Januari 2021 dengan penambahan kasus positif harian sebanyak 14.518 pasien, berangsur-angsur angkanya turun menjadi 5.000-6.000 kasus positif harian.

Tentu saja, pandemi belum kita menangkan. Namun, kedisiplinan kita menarapkan protokol kesehatan perlu diapresiasi dan dipertahankan.

Jangan lelah memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Setahun kita berlatih menerapkan tiga hal ini semoga telah menjadi kebiasaan harian yang ringan dilakukan tanpa beban atau paksaan.

Sejumlah pembatasan saya jumpai juga tertib ditegakkan. Di stasiun kereta api, di pasar, di pusat belanja dan di tempat makan misalnya.

Suhu badan pengunjung yang datang dicek satu per satu. Jika jam operasi yang diperbolehkan berakhir, pengumuman disampaikan berulang 30 menit sebelumnya.

Pemilik kedai dengan sopan juga mengingatkan pengunjung soal pembatasan waktu sambil menutup kedai dengan membereskan meja dan kursi.

Pandemi belum kita menangkan meskipun beberapa tanda baik sudah kita dapati dan vaksin makin banyak disuntikkan.

Oya, terkait dengan vaksin, pekan lalu publik dibuat heboh dengan apa yang disebut sebagai vaksin nusantara. Vaksin Nusantara digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Mendadak muncul aksi dukung mendukung dan tolak menolak untuk hal tersebut.

Situasinya mendadak juga seperti pemilu karena melibatkan sejumlah elite, tokoh masyarakat, dan tokoh tokoh politik.

Upaya baik mencari vaksin menggunakan kaidah penelitian yang ketat termasuk metode dendritik untuk vaksin Nusantara namun menemui kendala, ditarik ke ranah politik berupa aksi dukung mendukung.

Beruntung situasinya tidak makin runyam karena semua pihak yang sejatinya berniat dan berupaya baik untuk mengatasi pandemi dipertemukan.

Senin (19/4/2021), Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, dan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin bertemu.

Menurut MoU itu, penelitian berbasis pelayanan sel dendritik itu dilakukan untuk meningkatkan imunitas terhadap Virus SARS-CoV-2.

Selain mempedomani kaidah penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan, penelitian ini juga bersifat autologus.

Autologus mengandung arti, penelitian hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan izin edar.

MoU ini bukan kelanjutan dari uji klinis adaptif tahap 1.

Uji klinis tahap 1 yang sering disebut berbagai kalangan sebagai program vaksin Nusantara ini masih harus merespons beberapa temuan BPOM yang bersifat critical dan major.

Vaksin Nusantara menjadi kontroversi dan memunculkan aksi dukung mendukung lantaran BPOM belum mengeluarkan persetujuan pelaksanaan uji klinik (PPUK).

Aksi dukung mendukung itu dimulai dari sejumlah anggota DPR yang mendeklarasikan diri menjadi relawan dalam pengembangan vaksin nusantara.

Pengambilan sampel darah terkait uji klinik fase II dilakukan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Kepala BPOM mengatakan, proses pembuatan vaksin Nusantara melompati proses yang telah disepakati.

Menurut Penny, seharusnya vaksin nusantara melalui tahapan praklinik terlebih dahulu sebelum masuk tahap uji klinik tahap I.

Tim yang memproses vaksin Nusantara menolak tahapan itu.

MoU meredakan ketegangan lantaran aksi dukung mendukung dan tolak menolak upaya baik semua pihak untuk mengatasi pandemi. 

Selain itu, penelitian juga bersifat autologus. Penelitian hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan izin edar termasuk dari BPOM.

Langkah baik dan melegakan semua pihak yang gigih berupaya baik.

Soal upaya baik, beberapa pembatasan ditegaskan mengingat potensi keburukan yang akan terjadi.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud.

Panjang umur upaya-upaya baik.

Salam panjang umur,

Wisnu Nugroho

https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/20/095144965/akhir-polemik-vaksin-nusantara

Terkini Lainnya

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke