Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Aturan Penerbangan yang Berubah sejak Pandemi Virus Corona

Kondisi ini telah membentuk kembali tata cara orang bepergian, mulai dari tes swab hingga pemberlakuan jarak dari setiap tempat duduk.

Maskapai penerbangan di seluruh dunia, diharapkan dapat menghadapi jalan panjang menuju pemulihan dari pandemi.

Penutupan perbatasan dan pembatasan pada perjalanan udara karena Covid-19, ditambah dengan kekhawatiran mengenai perjalanan dalam ruang yang penuh sesak dan terbatas.

Pandemi virus corona belum akan membuat dunia penerbangan kembali melonjak, setidaknya dalam waktu dekat.

Namun para ahli percaya, kepercayaan publik dapat pulih dengan membuat pengalaman perjalanan seaman mungkin. Hal ini mengartikan bahwa para pelancong harus terbiasa dengan pemeriksaan kesehatan yang ketat. 

Melansir CNA, berikut lima aturan penerbangan yang mulai dibiasakan selama pandemi virus corona:

1. Mengkosongkan kursi tengah

Beberapa maskapai, termasuk Garuda Indonesia membuat kursi tengah kosong.

Chief executve Garuda Irfan Setiaputra mengatakan, akan menjaga load factor di pesawatnya berkurang secara signifikan, bahkan jika Indonesia mencabut batas peraturan saat ini pada kapasitas penerbangan.

Misalnya, pada pesawat Boeing 737 Garuda dengan konfigurasi tempat duduk tiga-plus-tiga di kelas ekonomi, kursi tengah akan dikosongkan sehingga akan ada jarak penumpang di baris yang sama.

Di Amerika Serikat, Delta Air Lines, Southwes Airlines dan JetBlue Airways juga memblokir kursi karena pertimbangan jarak sosial..

Penelitian baru-baru ini dari Massachusetts Institute of Technology memperkirakan bahwa memblokir kursi tengah di pesawat bisa mengurangi risiko terinfeksi oleh virus corona, dengan asumsi bahwa semua penumpang memakai masker.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah mengatakan langkah-langkah jarak sosial pada pesawat akan menggeser ekonomi penerbangan dengan memangkas faktor muatan maksimum menjadi 62 persen, jauh di bawah 'titik impas' industri rata-rata di 77 persen.

"Dibandingkan dengan 2019, harga tiket pesawat harus naik secara dramatis, antara 43 dan 54 persen, tergantung wilayahnya - hanya untuk mencapai titik impas," kata IATA di situs webnya.

2. Meminimalkan interaksi

Tidak hanya lebih sedikit penumpang, tapi juga lebih sedikit interaksi.

Pada penerbangan Garuda, para kru menjaga jarak aman dari saat penumpang menaiki pesawat, penumpang duduk, hingga saat pesawat mendarat, kata pramugari senior Thamy Karamina.

"Kita perlu memastikan interaksi di pesawat tidak akan menyebarkan virus," tutur Irfan.

Hal tersebut termasuk interaksi antara awak kabin dan penumpang.

"Di kelas bisnis, kami biasa berlutut untuk mempertahankan kontak mata yang baik ketika kami berinteraksi dengan penumpang," ujar Thamy.

Tujuannya, membuat penumpang merasa lebih nyaman.

United Airlines juga mengurangi kontak antara pramugari dan pelanggan, misalnya selama layanan makanan ringan dan minuman.

Para penumpangnya akan diminta untuk turun dalam kelompok yang terdiri dari lima baris sekaligus.

Thamy merasa, para pelancong akan melihat manfaat dari langkah-langkah baru ini.

"Ini adalah bentuk perhatian baru yang kami berikan kepada penumpang kami. Di masa lalu, penumpang akan senang mendapatkan layanan penuh perhatian, tapi sekarang, jarak sosial adalah bagian dari layanan. Itu akan membuat penumpang merasa lebih nyaman," katanya.

3. Layanan inflight

Pihak maskapai berjanji tetap akan melayani penumpang dengan baik. Tapi, dengan realitas baru, layanan akan terlihat berbeda.

Wakil presiden regional IATA (Asia-Pasifik) Conrad Clifford mengatakan, katering on board bisa sangat sederhana.

"Itu akan dikirimkan kepada Anda mungkin saat naik, dan kemudian terserah pada Anda untuk semacam melayani diri sendiri," ujarnya.

"Sayangnya, tidak akan ada makanan besar dan elegan yang pernah Anda lihat di masa lalu," lanjut dia.

Singapore Airlines, misalnya, telah menangguhkan layanan makanan untuk penerbangan di Asia Tenggara dan ke China.

Saat naik, penumpang diberikan tas makanan ringan dengan air dan minuman sebagai gantinya.

Surat kabar, majalah dan literatur di kursi belakang juga telah dihapus dari pesawat SIA dan diganti dengan perpustakaan elektroniknya, yang tersedia melalui aplikasi seluler SingaporeAir.

Ini memberikan akses ke lebih dari 150 judul surat kabar dan majalah internasional. Beberapa maskapai bahkan telah melepas bantal mereka.

4. Wajib mengenakan masker

Secara tegas IATA merekomendasikan bahwa anggota kru dan penumpang mengenakan masker, untuk membuat risiko infeksi menjadi sangat minim.

"(Tapi) kami tidak ingin melihat terlalu banyak gerakan di sekitar kabin untuk mengurangi risiko perpindahan udara dari orang yang mungkin terinfeksi orang lain," tuturnya.

Awak kabin SIA akan mengenakan masker sepanjang penerbangan mereka, serta kacamata pelindung saat berinteraksi dengan pelanggan, serta sarung tangan saat menyajikan makanan apa pun.

Sejak bulan lalu, semua maskapai di SIA Group juga memberi penumpangnya masker bedah, tisu tangan anti-bakteri, dan hand sanitizer.

American Airlines dan United Airlines bahkan telah mengambil langkah-langkah untuk melarang penumpang yang menolak memakai masker.

5. Pengujian Covid-19

Seiring perjalanan global berlanjut, pengujian Covid-19 dapat menjadi normal baru.

IATA menuturkan bahwa ini seharusnya, idealnya terjadi sebelum perjalanan atau saat keberangkatan.

Hasil positif mengartikan bahwa penumpang tidak dapat melakukan perjalanan sesuai rencana.

Jika pengujian diperlukan pada saat kedatangan dan penumpang tes positif, maka harus diperlakukan sesuai persyaratan negara penerima.

Bandara Internasional Hong Kong merupakan salah satu bandara pertama di dunia yang memperkenalkan pengujian wajib Covid-19, pada bulan April lalu, di mana wisatawan yang masuk dikirim ke pusat pengujian.

Wisatawan ini harus menungg hasil tes di lokasi yang ditentukan.

Sementara itu, di Korea Selatan, pemerintah memperkenalkan stasiun pengujian Covid-19 "walk-through" di Bandara Internasional Incheon pada Maret, di mana seorang anggota staf medis mengumpulkan sampel dari penumpang yang datang.

Pendatang baru juga harus mengunduh aplikasi dari pemerintah setempat yang melacak lokasi mereka dan mengharuskan melaporkan gejala apa pun.

Dengan langkah-langkah seperti yang diusulkan atau sudah diterapkan, termasuk jarak aman, Singapura dapat mengharapkan ketidaknyamanan dan penundaan ketika perjalanan udara kembali melambung, tutur Menteri Transportasi Khaw Boon Wan.

"Tapi keselamatan kesehatan masyarakat tidak boleh dikompromikan, jika kita ingin penumpang naik pesawat lagi," tambahnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/02/130000565/5-aturan-penerbangan-yang-berubah-sejak-pandemi-virus-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke