Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Analisis Pakar Penerbangan soal MV-22 Osprey Block C, Benarkah Sering Jatuh?

KOMPAS.com - Persoalan terkait pembelian pesawat MV-22 Osprey Block C dari Amerika Serikat ke Indonesia belum menemui titik terang.

Terlebih menurut mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji, AS melakukan klaim sepihak dalam rencana penjualan delapan pesawat tersebut.

Padahal berdasarkan siaran pers Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan AS (Defense Security Cooperation Agency/DSCA) pada Rabu (7/7/2020) WIB, persetujuan rencana penjualan pesawat tersebut karena Indonesia dianggap penting sebagai mitra regional penjaga stabilitas politik dan kekuatan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.

"Vital bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan mempertahankan kapabilitas pertahanan diri yang kuat dan efektif," demikian bunyi pernyataan resmi DSCA, dikutip dari Kompas.id, Rabu (7/7/2020).

Sementara itu, Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjutak juga belum mengetahui informasi terkait pesanan atau pembelian pesawat MV-22 Osprey tersebut.

"Saya harus cek lagi," ujarnya singkat saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (9/7/2020).

Dilansir Kompas.com, Rabu (8/7/2020), anggaran yang akan dirogoh pemerintah untuk mendatangkan pesawat Osprey itu mencapai 2 miliar dollar AS atau setara Rp 28,9 triliun.

MV-22 Osprey merupakan salah satu varian dari pesawat MV-22 Osprey, yang terlebih dahulu dikembangkan Boeing dan Bell Helicopter Textron pada 1997.

Banyak yang menyebut Osprey sering jatuh atau mengalami kecelakaan. Benarkah demikian?

Pengamat penerbangan Alvin Lie menjelaskan untuk menilai suatu pesawat yang jatuh, ada banyak aspek yang perlu diperhatikan.

Dia mengatakan penyebab jatuhnya pesawat apakah karena desainnya, perawatannya kurang baik, kesalahan pilot, atau lainnya.

Alvin melihat karena pesawat itu pesawat tempur, jatuhnya pesawat bisa jadi karena tertembak, kondisi alam atau cuaca buruk, dan semacamnya.

"Hal-hal seperti ini perlu menjadi pertimbangan tidak bisa dikatakan, oh ini pesawat sering jatuh," ujarnya pada Kompas.com, Rabu (8/7/2020).

Punya karakter khas

Alvin mengatakan pesawat Osprey memiliki karakter khas, yaitu pesawat bisa melakukan vertical take off landing seperti helikopter.

Dibutuhkan keterampilan khusus untuk mengendarainya, sehingga butuh pilot khusus juga.

"Saya melihat pesawat ini sebetulnya cocok untuk kebutuhan indonesia, di mana untuk kepentingan logistik tidak selalu di kota-kota besar yang ada bandara yang memadai," kata Alvin.

Dia menjelaskan, selama ini Indonesia memanfaatkan helikopter untuk mengantar logistik ke daerah-daerah.

Di daerah yang tidak memiliki bandara yang luas, helikopter adalah pilihan untuk menerbangkan logistik ke sana.

Tapi, kata Alvin, biaya operasional helikopter sangat mahal dan daya angkutnya terbatas.

"Dugaan saya pemerintah menaruh minat pada pesawat Osprey ini untuk mengangkut logistik yang lebih banyak, dengan biaya lebih murah dan kecepatan lebih tinggi daripada helikopter," ujarnya.

Lanjutnya, pesawat Osprey bisa vertical take off landing sehingga praktis bisa mendarat di manapun, misalnya di lapangan terbuka, di sawah yang kering juga bisa.

Menurut Alvin pilihan pemerintah untuk membeli pesawat Osprey adalah pilihan yang cukup baik dan realistis.

Terutama untuk memenuhi kebutuhan TNI di daerah Indonesia timur yang belum didukung dengan landasan udara memadai.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/09/152300065/analisis-pakar-penerbangan-soal-mv-22-osprey-block-c-benarkah-sering-jatuh-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke