Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diklaim Efektif Obati Pasien Covid-19, Berapa Harga Obat Remdesivir?

KOMPAS.com - Remdesivir merupakan salah satu produk yang dikembangkan sebagai obat untuk pasien virus corona. Obat ini disebut-sebut memberikan kemajuan dalam perawatan pasien Covid-19

Sebelumnya, obat ini diketahui dikembangkan untuk penyakit Ebola.

Pada hari Senin (29/6/2020), kewenangan kesehatan di AS menyatakan akan mendistribusikan obat tersebut dengan ketentuan tertentu bersama pemerintah federal.

Salah satu ketentuannya adalah harga yang telah ditetapkan dan diprioritaskan bagi pasien-pasien Amerika.

Melansir New York Times, 29 Juni 2020, remdesivir akan dijual seharga 520 dollar AS (sekitar Rp 7,5 juta) per botol kecil atau 3.120 dollar (sekitar Rp 45,3 juta) per perawatan, untuk pasien dengan asuransi swasta.

Adapun untuk pasien dengan asuransi pemerintah dan yang berada di negara lain dengan sistem perawatan kesehatan nasional, remdesivir dibandrol dengan harga 390 dollar (5,66 juta) per botol kecil atau 2.340 dollar (sekitar Rp 33,97 juta) per perawatan.

Mulai dijual

Obat ini akan mulai dijual hanya di AS pada bulan Setember. Artinya, para pasien Amerika akan menerima hampir seluruh hasil produksi Gilead, yaitu lebih dari 500.000 pengobatan.

Departemen Kesehatan AS juga telah mengalokasikan obat tersebut ke rumah sakit nasional berdasarkan kebutuhan.

Kemudian, setelah September, alokasi pengiriman obat tidak akan lagi ditentukan.

"Ini adalah kebijakan pertama AS. AS memang akan dijamin aksesnya, tetapi permintaan dari seluruh dunia berpotensi melampaui pasokan," kata Ekonom Layanan Kesehatan dari Boston University, Rena Conti.

Sebelumnya, melalui sebuah uji klinis besar yang disponsori oleh National Institutes of Health, remdesivir disebut dapat mempersingkat waktu pemulihan meski tidak mengurangi jumlah kematian.

Penentuan harga

Meskipun disebut-sebut bermanfaat untuk pemulihan pasien COvid-19, biaya akhir untuk obat disebut tidak pernah pasti.

"Tidak ada pedoman tentang bagaimana menentukan harga obat baru dalam sebuah pandemi," kata Kepala Eksekutif Gilead, Daniel O'Day.

Sejak otorisasi darurat obat, Gilead sendiri telah menyumbangkan remdesivir ke rumah sakit untuk perawatan pasien Covid-19.

Menurut Dr Conti, harga remdesivir bukanlah yang paling tinggi. Sebab, terdapat beberapa obat menjanjikan yang berada dalam tahap akhir memiliki harga lebih mahal.

Institute for Clinical and Economic Review, sebuah kelompok nirlaba yang menghitung harga wajar untuk obat-obatan, memperkirakan bahwa Gilead perlu mengenakan biaya sebesar 1.600 dollar AS per regimen untuk mengganti biaya produksi.

Akan tetapi, harga sebesar 5.080 dollar per pengobatan masih akan menjadi harga efektif untuk asuransi mengingat pasien akan dapat meninggalkan rumah sakit lebih cepat.

Kritik akan harga

Sebelumnya, sejumlah kritik ditujukan kepada Gilead yang disebut terlalu tinggi membandrol obat-obatan "inovatif", termasuk obat hepatitis C pertama dan Truvada, pil harian untuk mencegah infeksi HIV.

Namun, menurut Institute for Clinical and Economic Review, dengan analis Wall Street yang memperkirakan harga obat adalah sekitar 5.000 dollar AS per perawatan, harga yang berada di bawahnya "dapat dilihat masuk akal".

Sementara itu, Jalpa Doshi dari University of Pennsylvania menyoroti manfaat remdesivir yang mungkin "tidak dapat dilihat wujudnya" secara keseluruhan.

"Pengobatan ini dan yang lainnya, begitu juga dengan vaksin, dapat menurunkan ketakutan akan virus, sebuah faktor penting dalam menghitung nilainya," kata dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/01/134300965/diklaim-efektif-obati-pasien-covid-19-berapa-harga-obat-remdesivir-

Terkini Lainnya

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke