Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghidupkan Kembali Muarajambi sebagai Destinasi Edukasi dan Spiritual

Kompas.com - 06/02/2024, 01:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Perjalanan guru Buddha ternama, Atisha Dipamkara Srijnana, ke Suvarnadvipa menandai momen penting yang menggarisbawahi pentingnya wilayah tersebut sebagai penghubung pembelajaran dan praktik Buddhis.

Lebih dari satu milenium yang lalu, Atisha memulai perjalanan laut ke Sumatera, mengikuti ajaran Serlingpa, seorang guru terkenal abad ke-10 yang tinggalannya sekarang berada di Muarajambi.

Perjalanannya yang penuh dengan kesulitan, melambangkan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap pertumbuhan spiritual dan pencarian ajaran bodhicita.

Muarajambi, yang terletak di sepanjang Sungai Batanghari, berkembang sebagai pusat penting ajaran Buddha yang menarik tokoh-tokoh dan cendekiawan dari seluruh Asia, termasuk Atisha, yang menghabiskan 12 tahun belajar mendalam di bawah bimbingan Serlingpa.

Periode ini tidak hanya memperkaya perjalanan spiritual Atisha, tetapi juga meletakkan dasar bagi pengaruhnya yang besar terhadap agama Buddha Mahayana di Tibet dan sekitarnya.

Warisan Muarajambi sebagai tempat pembelajaran agama Buddha dan perannya dalam memfasilitasi pertukaran lintas budaya tradisi Buddha menyoroti keterhubungan komunitas Buddha dan pentingnya situs bersejarah ini.

Baca juga: Nama-Nama Candi di Kompleks Percandian Muaro Jambi

Banyak yang belum menyadari bahwa kawasan Muarajambi, yang berdiri sejak era kejayaan Sriwijaya ini, merupakan kompleks cagar budaya nasional yang luasnya mencapai ribuan hektare, dan menjadikannya yang tertua dan terluas di Asia Tenggara.

Situs ini mengungkap pentingnya nilai-nilai sejarah dan budaya yang telah bertahan selama berabad-abad, menampilkan kekayaan dan kedalaman tradisi spiritual dan pendidikan di wilayah ini.

“Muarajambi tidak hanya kaya akan sejarah tetapi juga menjadi bukti nyata terciptanya peradaban, terjadinya proses edukasi, dan inovasi penting di masa lalu. Desain dan tata letak kompleks Muarajambi sangat mirip dengan Nalanda, pusat pembelajaran utama di India, yang menunjukkan bahwa Muarajambi pernah menjadi pusat pembelajaran dan latihan spiritual Buddha yang signifikan," ungkap Fitra Arda selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat ditemui di Cagar Budaya Muarajambi (03/02/2024) dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (5/2/2024).

Baca juga: Sakyakirti dan Dharmapala, Pendeta Buddha dari Kerajaan Sriwijaya

Kawasan Percandian Muarajambi terbentang luas kurang lebih 12 kilometer persegi dan terbentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang jalur Sungai Batanghari.

Situs ini dipenuhi parit atau kanal kuno, kolam penyimpanan air, dan gundukan yang menampilkan struktur batu bata kuno.

Kompleks ini juga merupakan rumah bagi artefak berharga seperti patung Prajnaparamita, dwarapala, dan gajahsimha, yang menampilkan kekayaan budaya dan agama di situs tersebut.

Sebagaimana diungkap Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V Agus Widiatmoko, temuan-temuan itu tidak hanya menyoroti signifikansi spiritual dari kawasan tersebut, tetapi juga perannya sebagai pusat pembelajaran dan praktik spiritualitas yang dinamis, memberikan landasan bagi wawasan lebih lanjut mengenai pentingnya sejarah dan arkeologi.

Lebih lanjut, Widiatmoko menjelaskan bahwa hasil penggalian arkeologis dan analisis penanggalan karbon di Muarajambi, termasuk di Candi Kotomahligai (salah satu candi di kompleks tersebut), mengungkapkan bahwa kompleks candi tersebut aktif dimanfaatkan sejak abad ke-7 hingga abad ke-13.

Baca juga: Upaya Kerajaan Sriwijaya untuk Menyebarkan Agama Buddha

Penemuan prasasti dan peninggalan lainnya menegaskan pentingnya Muarajambi sebagai pusat pembelajaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com