KOMPAS.com - Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, berbagai organisasi pergerakan lahir dengan beragam jenis dan tujuan, mulai dari yang berfokus pada pendidikan, politik sosial, hingga bersifat semimiliter serta militer.
Organisasi-organisasi pergerakan ini memainkan peran krusial dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia.
Apa saja bentuk organsiasi pergerakan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia?
Baca juga: Tiga Wilayah Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia
PETA merupakan organisasi militer resmi yang didirikan pada 3 Oktober 1943 dengan tujuan menjaga keamanan, kedaulatan, dan integritas wilayah negara dari ancaman atau agresi asing serta melindungi kepentingan nasional.
PETA awalnya muncul di wilayah kekuasaan Tentara ke-16 di Jawa dan Madura.
Organisasi ini kemudian berkembang di luar Jawa, seperti Sumatera yang dikenal sebagai Giyugun atau Prajurit Sukarela.
Beberapa tokoh terkenal dari PETA adalah Supriyadi, Jenderal Soedirman, dan Jenderal Gatot Soebroto.
Heiho merupakan bagian dari kesatuan angkatan perang pemerintahan militer Jepang.
Heiho dibentuk pada April 1945 dan terdiri dari pemuda berusia 18-25 tahun dengan pendidikan terendah setara sekolah dasar (SD).
Organisasi yang dibentuk pada 9 Maret 1943 ini bertujuan untuk membantu pertahanan di daerah.
Seinendan ditujukan khusus untuk kalangan muda, terutama yang berusia 26-35 tahun.
Organisasi yang didirikan pada 29 April 1943 ini bertujuan untuk membantu tugas-tugas polisi, seperti pengaturan lalu lintas dan menjaga keamanan desa.
Anggotanya terdiri dari pemuda berusia 26-35 tahun.
Fujinkai adalah sebuah organisasi yang berperan penting dalam mendukung pemerintah Jepang selama masa perang melawan Sekutu.
Fujinkai mulai beroperasi sekitar Agustus 1943.
Organisasi ini terdiri dari wanita berusia 15 tahun ke atas dan memiliki tugas yang beragam, termasuk penyediaan pendidikan, kursus, pengelolaan dapur umum, serta memberikan bantuan pertama.
Para anggota Fujinkai bekerja tanpa menerima upah dan pemerintah Jepang, bahkan mereka menghimpun dana dari anggotanya untuk mendukung kegiatan organisasi ini.
Suishintai merupakan organisasi pemuda pertama yang dipandu atau dipimpin langsung oleh para nasionalis Indonesia.
Dibentuk pada 1 November 1944, organisasi ini juga dikenal sebagai Barisan Banteng pada periode pasca-kemerdekaan.
Organisasi semimiliter ini dipimpin oleh tokoh-tokoh, seperti Soekarno, Pandji Soeroso, Otto Iskandardinata, dan Boentaran Martoadmodjo.
Seinentai adalah organisasi semimiliter yang terdiri dari anak-anak sekolah dasar, sedangkan Gakutotai beranggotakan anak-anak sekolah menengah.
Kedua organisasi ini dibentuk sebagai bala bantuan untuk pertahanan militer Jepang.
Organisasi pasukan sukarela atau cadangan yang terdiri dari para pemuda Muslim.
Hizbullah dibentuk pada 15 Desember 1944 dan dipimpin oleh Zainal Arifin dan wakilnya, Mohammad Roem.
Baca juga: Mengapa Jepang Membentuk Organisasi Militer dan Semimiliter?
Organisasi ini didirikan pada 29 April 1942 yang bertepatan dengan Hari Nasional Jepang.
Gerakan 3A muncul sesuai dengan semboyan pemerintahan Jepang di Indonesia, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia.
Gerakan 3A diprakarsai oleh Kepala Departemen Propaganda Jepang, Hitoshi Shimizu, dan dipimpin Raden Syamsudin sebagai perwakilan Indonesia.
Tujuan organisasi ini adalah memberikan pendidikan kepada pemuda berusia 14-18 tahun melalui kursus kilat, olahraga Jepang, dan sebagainya.
Organisasi ini bertugas menjadi wadah untuk menghimpun dan memobilisasi potensi dan tenaga rakyat Indonesia dalam mendukung pemerintah pendudukan Jepang selama Perang Dunia II.
Selain berfungsi sebagai alat propaganda, Putera juga diberikan akses ke fasilitas media Jepang, seperti koran dan radio.
Empat tokoh terkemuka, yaitu Soekarno, Moh. Hatta, Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara, memimpin Putera.
Organisasi ini juga bertugas untuk memperbaiki bidang sosial ekonomi masyarakat Indonesia.
MIAI adalah organisasi Islam yang kembali dibuat pada masa pemerintahan Jepang pada 4 September 1942.
Organisasi ini berfungsi sebagai wadah silaturahmi, dialog, dan musyawarah tentang hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan umat.
Semboyan MIAI yang terkenal adalah 'Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah'.
Jepang menghidupkan kembali MIAI dengan harapan dapat memobilisasi masyarakat, terutama kalangan muslim, untuk mendukung perang.
Organisasi ini dibentuk oleh Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada, dengan tujuan menyatukan semangat rakyat secara fisik dan spiritual agar mereka setia mendukung Jepang.
Organisasi ini dikelola langsung oleh pemerintahan Jepang dan menempatkan Soekarno dan Hasyim Asyari sebagai penasihat.
Struktur organisasi ini mencakup berbagai tingkat, mulai dari daerah hingga desa-desa, dan terdiri dari berbagai himpunan dengan berbagai bidang profesi yang ada di Indonesia.
Referensi: