Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lubang Jepang, Saksi Sejarah Kependudukan Jepang di Bukittinggi

Kompas.com - 25/10/2023, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lubang Jepang adalah salah satu objek wisata yang terletak di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Lubang Jepang ini mulai digunakan sebagai objek wisata sejak 1984.

Tanah pada dinding terowongan ini merupakan jenis tanah yang jika dicampur air akan semakin kokoh.

Bahkan, gempa yang sempat mengguncang Sumatera Barat pada 2009 tidak banyak membuat kerusakan di terowongan ini.

Lubang Jepang memiliki panjang sekitar 1.470 meter, tetapi hanya boleh dimasuki hingga sedalam 750 meter.

Konon, panjang Lubang Jepang tembus hingga ke Jam Gadang.

Lantas, bagaimana sejarah Lubang Jepang?

Baca juga: Konsekuensi Jepang Pascakalah pada Perang Dunia II

Sejarah Lubang Jepang

Lubang Jepang dibuat pada 1942, ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Namun, konstruksinya mulai dikerjakan pada Maret 1944 hingga awal Juni 1944.

Lebih tepatnya, Lubang Jepang dibuat di Bukittinggi di Jalan Panorama di Ngarai Sianok Kota Bukittinggi.

Alasan lubang ini dibuat di Bukittinggi karena letaknya sangat strategis sebagai pusat pengendalian Perang Dunia II oleh Jepang.

Maka dari itu, Lubang Jepang memang digunakan untuk kepentingan pertahanan tentara Jepang dalam Perang Dunia II dan Perang Asia Timur Raya atas perintah militer Angkatan Darat Jepang untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi dengan Komandan Tentara Pertahanan Sumatera Jenderal Watanabe.

Namun, disebutkan pula bahwa pembuatan lubang ini memiliki berbagai macam peruntukan sesuai dengan kebutuhan pihak Jepang.

Sesuai dengan namanya, terowongan bawah tanah ini disebut Lubang Jepang karena menjadi sebuah tempat yang dibuat untuk kepentingan orang-orang Jepang selama menduduki Indonesia, tepatnya di Bukittinggi.

Kenapa Lubang Jepang dibuat?

Pembuatan Lubang Jepang didorong oleh kondisi Jepang yang sudah terdesak oleh Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.

Alhasil, Jepang memutuskan untuk mencari perlindungan dengan mendarat di Indonesia.

Salah satunya di Bukittinggi untuk mencari atau mendapatkan simpati dari rakyat untuk kepentingan Jepang dalam membuat atau membangun beberapa tempat pertahanan di Indonesia.

Jepang kemudian memutuskan untuk membangun sebuah terowongan panjang sebagai tempat perlindungan mereka di Bukittinggi, yang kemudian disebut sebagai Lubang Jepang.

Dengan panjang terowongan mencapai 1400 meter serta memiliki lebar 2 meter, Lubang Jepang memiliki sekitar 21 ruangan khusus di dalamnya, mulai dari ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, gudang senjata, ruang penyiksaan, ruang rapat, dapur, hingga ruang tidur.

Untuk masuk ke dalam Lubang Jepang, harus lebih dulu menuruni 132 anak tangga yang memiliki kemiringan vertikal.

Kedalaman Lubang Jepang diperkirakan mencapai 40 meter dari permukaan tanah.

Baca juga: Sejarah Lubang Buaya, Tempat Dibuangnya 7 Pahlawan Revolusi

Misteri Lubang Jepang

Ada dua misteri yang belum terpecahkan tentang Lubang Jepang.

Pertama, ke mana Jepang membuang bekas galian tanah dan berapa jumlah romusha (tenaga kerja paksa) yang mati di tempat ini.

Namun, terlepas dari berbagai kisah misteri yang beredar, Lubang Jepang dipercaya telah menjadi saksi sejarah akan pendudukan Jepang di Bukittinggi.

Walaupun dipenuhi dengan kisah tragis dan kelam, Lubang Jepang pada akhirnya dijadikan sebagai objek wisata edukasi di Bukittinggi.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened. (2008). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Yolanda, Dilla Desvi. (2022). Pesona Kota Bukittinggi. Bogor: Guepedia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com